Food and Agriculture Organization (FAO) atau Badan Pangan dan Pertanian Dunia mengingatkan adanya potensi krisis pangan dunia akibat pandemi Covid-19. Untuk itu, setiap negara dituntut untuk menjaga pasokan pangannya sekaligus menangani wabah virus corona di negara masing-masing.
Menyambut Hari Pangan Sedunia 2020, PT Indofood Sukses Makmur Tbk--sebagai total food solutions--menggelar simposium secara virtual dengan mengusung tema “Covid-19 dan Sistem Pangan Berkelanjutan: Dampak, Tantangan, dan Peluang Bagi Industri Pangan”.
Dijelaskan Direktur Indofood Franciscus Welirang, “Membangun sistem pangan berkelanjutan harus menjadi salah satu prioritas kita. Bukan hanya sebagai langkah antisipasi krisis pangan akibat pandemi, tetapi juga sebagai upaya memberikan jaminan pasokan maupun akses pangan bagi bangsa di masa depan. Untuk itu, perlu pendekatan yang holistik, serta dukungan dan sinergi semua stakeholder.”
Menurut Franky, demikian ia akrab disapa, Fanciscus Welirang, dalam menghasilkan sebuah produk, bibit yang baik dan bersertifikasi sangatlah penting. “Bagi kami, bibit yang baik akan meningkatkan produktivitas apabila dikombinasikan dengan Good Agriculture Practices. Hasilnya akan baik pula. Sementara guna mengatasi malnutrisi, industri bisa melakukan fortifikasi pangan,” ucapnya.
Dia mencontohkan, sejumlah produk Indofood telah difortifikasi, antara lain fortifikasi Iodium pada garam, zat besi, dan asam folat untuk Tepung Terigu Bogasari dan vitamin A pada Minyak Goreng Bimoli. “Langkah ini kami lakukan sebagai kontribusi dalam perbaikan gizi bangsa, di samping terus mengedukasi masyarakat tentang gizi seimbang,” ungkap Franky.
Kondisi pandemi Covid-19 juga mempengaruhi kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) padahal UMKM berperan penting dalam perekonomian Indonesia. UMKM berkontribusi sebesar 60,3% dari total komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
“Sebagai bagian dari sistem pangan, peran pelaku UMKM bidang pangan perlu mendapatkan perhatian kita semua. Kami bermitra dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM) dari hulu hingga ke hilir. Model bisnis inklusif yang kami lakukan di hulu seperti bermitra dengan petani ataupun IKM pengolah berbagai komoditi yang menjadi Supplier. Di hilir, kami menjalankan kemitraan dengan UKM/IKM, baik di bidang kuliner maupun industri olahan yang menjadi customer untuk mencapai konsumen akhir. Contohnya Bogasari melalui Bogasari Mitra Card, Indomie melalui Warmindo serta Indomie baik di bidang kuliner, kue, roti, martabak, coffee shop, maupun IKM industri olahan,” papar Franky.
Pada kesempatan itu, melalui program Indofood Riset Nugraha (IRN) periode 2020/2021, Indofood juga memberikan dana riset bagi 60 penelitian pangan mahasiswa S1 dari 31 Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta di Indonesia. Penerima dana riset IRN juga berhak memperoleh pendampingan dan bimbingan teknis dari Tim Pakar IRN hingga penelitian selesai.
Program IRN yang mengusung tema “Milenial dan Penelitian Pangan Era Kenormalan Baru Menuju Indonesia Maju” ini membiayai penelitian yang dilakukan sebagai syarat kelulusan meraih gelar sarjana S1. Bantuan dana diserahkan secara simbolis ditandai dengan Penandatangan Memorandum of Understanding (MOU) dan dilaksanakan secara virtual.
Ketua Program IRN dan Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Suaimi Suriady mengatakan, “Melakukan penelitian di masa pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan sarjananya. Bagi milenial yang akrab dengan teknologi, memanfaatkan kecanggihan teknologi menjadi salah satu pilihan yang efektif, mengingat adanya pembatasan sosial selama pandemi.”
Pada periode IRN kali ini, jumlah proposal penelitian yang diterima mencapai 296 proposal. Setelah melalui tahap seleksi, Tim Pakar menetapkan 60 proposal yang berhak menerima bantuan dana riset.
Pada kesempatan yang sama, dilakukan penganugerahan kepada Empat Peneliti Terpilih dari program IRN periode sebelumnya, yakni IRN Periode 2019/2020. Keempat orang peneliti ini terpilih karena memenuhi kriteria penilaian yang meliputi lima aspek, yakni pelaksanaan penelitian, mutu penelitian, teknik presentasi, penguasaan materi, dan sikap peneliti. Keempatnya adalah Aena Rahmani dari Institut Teknologi Bandung, Atiaturrahmah dari Universitas Brawijaya, Meysi Askiyah dari Universitas Hasanuddin dan Fahri Sinulingga dari Institut Pertanian Bogor. Masing-masing peneliti mendapatkan hadiah berupa sebuah laptop.