Tak hanya plastik yang kerapkali menjadi penyumbang sampah, pakaian bekas atau perca tekstil pun menjadi salah satu yang turut berkontribusi pada permasalahan sampah. Menurut catatan Ellen MacArthur Foundation, badan yang fokus mempelajari polusi industri mode, limbah bisnis busana di dunia dapat mencapai US$500 miliar per tahun.
Diungkapkan Joanna Elizabeth Samuel, Marketing Manager Fabric Care PT Sayap Mas Utama (Wings Group), limbah dari industri tekstil juga menjadi penyumbang sampah di bumi. "Sebab, dari proses produksi di industri kain, 15%-nya terbuang karena proses pemotongan kain. Belum lagi, limbah air setelah proses produksi kain," ucapnya.
Fakta itulah yang membuat Wings Group melalui merek deterjennya, So Klin, berinisiatif menghadirkan kampanye "Be Sustainable, Be Fashionable by So Klin”. Kampanye yang digelar pada pertengahan Agustus ini (16/8), dikemas melalui talkshow, fashion show dari pakaian bekas yang diolah kembali, sekaligus workshop pengolahan pakaian bekas menjadi layak pakai kembali.
Kali ini, So Klin menggandeng sekolah mode ESMOD Jakarta dan komunitas sosial Sadari Sedari untuk menyerukan kampanye sustainable fashion. Kampanye " Be Sustainable, Be Fashionable by So Klin” digelar dalam rangkaian kegiatan Jakarta Fashion & Food Festival 2019 di Mall Kelapa Gading 3.
“Melalui kegiatan kampanye ini, kami ingin mengajak masyarakat Indonesia agar lebih peduli terhadap lingkungan, salah satu caranya dengan menerapkan gaya hidup berkelanjutan termasuk dalam hal berpakaian. So Klin mendukung inovasi kreatif, khususnya dalam hal merawat dan mix and match pakaian," lanjut Joanna.
Pada kesempatan itu, So Klin juga memperkenalkan varian produk deterjen terbarunya, So Klin White & Bright. "Dengan So Klin White & Bright, pakaian lama Anda akan tetap bersih dan tampak selalu baru. So Klin White & Bright menjaga warna agar tetap cemerlang seperti baru, walaupun sudah dicuci berulang kali. Selain itu, So Klin White & Bright juga membantu meningkatkan efisiensi waktu para Ibu di rumah agar tidak perlu repot dalam memilah warna baju ketika mencuci,” paparnya pada di sela-sela talkshow.
Lebih lanjut ia menerangkan, So Klin White & Bright dengan teknologi Optical Brightener yang menggabungkan deterjen dengan formula khusus, tidak hanya secara ampuh menghilangkan noda berat, namun juga dapat mempertahankan keaslian warna sehingga tidak cepat pudar. Bahkan, membuat pakaian terlihat lebih cerah setelah pencucian berulang kali.
Di Indonesia, sudah banyak desainer yang menerapkan konsep sustainable fashion, yakni dengan melakukan prinsip zero waste pattern dimana mengurangi pembuangan kain sisa. Misalnya, bahan yang tadinya harus dipotong, dikemas dengan cara yang lebih sederhana dan tidak perlu ada proses pemotongan.
Patrice Desilles, Academic Program Head ESMOD Jakarta, yang merupakan salah satu pembicara talkshow, mengungkapkan, sebagai pelopor pendidikan fashion di Indonesia, ESMOD Jakarta menyadari bahwa Sustainable fashion merupakan bagian dari gaya hidup saat ini.
"Banyak desainer yang mulai menggunakan bahan ramah lingkungan, teknik pewarnaan alami, dan yang tidak kalah penting yaitu menempatkan label tata cara perawatan kain. Saat ini, kami juga lebih memilih untuk menggunakan serat kain tencel yang berasal dari kayu, sehingga ketika pakaian tersebut sudah tidak dipakai lagi, dapat dengan mudah terurai ke alam," ujar Patrice.
Metode itu, menurutnya, juga telah diterapkan kepada para siswa melalui kurikulum di sekolah. "Bagi kami, konsumen harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana merawat pakaian mereka agar dapat bertahan lama, misalnya perawatan dengan deterjen yang tepat seperti kampanye So Klin White & Bright agar warna tetap cemerlang dan menonjol,” terangnya.
Sementara itu, pada sesi workshop mengolah pakaian bekas menjadi layak pakai kembali, So Klin bersama ESMOD Jakarta juga mengajarkan beberapa tips untuk melakukan mix and match pakaian agar tetap dapat tampil modis tanpa selalu membeli baju baru. Selain itu, para peserta workshop yang terdiri dari blogger, juga diajak untuk mengolah pakaian bekas menjadi pakaian layak pakai.
Sementara itu, Deandra Djokomono, perwakilan dari Sadari Sedari, mengatakan bahwa Sadari Sedari adalah organisasi non-profit atau komunitas yang didirikan pada tahun 2018, yang bergerak di bidang pendidikan dan lingkungan. "Kami mengumpulkan pakaian bekas layak pakai dari masyarakat dan dijual kembali kepada masyarakat secara online dan offline (C2C). Selanjutnya, hasil penjualan kami donasikan untuk kegiatan pendidikan di Indonesia. Dari hasil penjualan tersebut, saat ini kami bisa membangun sekolah di Bandung," tutup Deandra.