Saat ini, masih ada 2.500 desa di Indonesia yang belum memperoleh akses listrik. Sementara itu, ada 12.000 desa di Indonesia yang akses listriknya tercatat kembang-kempis, alias mati-hidup. Demikian data yang dirilis Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
Berangkat dari fakta tersebut, Philips Lighting yang sejak 16 Mei 2018 lalu rebranding menjadi Signify, menggelar inisiatif sosial bertajuk "Kampung Terang Hemat Energi 2017-2018". Melalui inisiatif tersebut, Signify mampu memberikan akses pencahayaan bagi masyarakat yang sebelumnya tinggal dalam “kegelapan” di Sumatra Utara, Bali Timur, Kalimantan Tengah, dan Maluku.
Dijelaskan Rami Hajjar, Country Leader untuk operasi/bisnis Signify di Indonesia, melalui inisiatif sosial tersebut, Signify mampu menciptakan lebih dari 2.850 titik penerangan baru dengan menggunakan Philips Solar Home Lighting System dan Road Lighting System.
"Selama program berjalan, dari 2017 hingga 2018, Signify mendistribusikan hampir 1.200 Philips Solar Lighting Systems bagi sekitar 20 desa terpencil. Dan, program ini juga sanggup memberikan manfaat kepada lebih dari 15.000 warga," ujarnya pada press conference yang digelar hari ini (26/11), di Jakarta.
Dalam menyeleksi desa yang membutuhkan akses listrik, diakui Rami, Signify menggandeng sejumlah mitra.Di Maluku misalnya, melalui mitra kami Kopernik, Signify bekerja sama dengan TNP2K. Peran TNP2K adalah membantu Signify untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan 10% rumah tangga paling miskin untuk menerima akses listrik.
Lebih lanjut ia menerangkan bahwa program Kampung Terang Hemat Energi telah dimulai tahun 2015. Sejak itu hingga sekarang, Signify telah menciptakan lebih dari 3.000 titik penerangan baru di lebih dari 30 desa di Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Bali Timur, Kalimantan Tengah, dan Maluku, dan telah menerangi kehidupan lebih dari 30.000 orang.
Ditambahkan Lea Kartika Indra, Head of Integrated Communications Signify di Indonesia, objektif dari program "Kampung Terang Hemat Energi" adalah untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik secara sosial maupun ekonomi. Terutama, untuk masyarakat yang belum memiliki akses listrik atau pencahayaan.
Hasilnya, inisiatif tersebut berdampak signifikan terhadap kesejahteraan warga. Lebih dari 90% warga yang menerima manfaat mengaku memperoleh penghematan energi dan waktu. Contohnya, jika sebelum ada program tersebut warga membutuhkan 7 liter minyak tanah per bulan untuk pencahayaan, namun pasca program, warga hanya membutuhkan setengah liter minyak tanah.
Ssmentara itu, di Kalimantan Tengah, tiga bulan setelah Signify mendistribusikan lebih dari 500 Philips Solar Lighting Systems ke lima desa dan tiga dusun, dengan populasi gabungan sebanyak 8.000 orang, setiap keluarga mampu menghemat rata-rata Rp 204.000 per bulan yang sebelumnya digunakan untuk membeli bahan bakar atau minyak tanah.
Sekitar tiga perempat dari penduduk (76%) mengungkapkan bahwa mereka melakukan setidaknya satu aktivitas baru di malam hari berkat penggunaan pencahayaan tenaga surya di rumah. Selain itu, terdapat penurunan laporan masalah pernapasan (oleh 13% penduduk) dan iritasi mata (4% dari penduduk).
Donasi untuk Daerah Bencana
Pada hari ini, Signify juga menyerahkan donasi kepada daerah yang terkena bencana. Donasi diberikan kepada warga si Sulawesi Tengah (Palu, Sigi, dan Donggala) yang dilanda bencana alam.
"Kami dengan rendah hati menyampaikan bahwa Signify telah menyiapkan donasi senilai Rp 5 miliar yang terdiri dari berbagai produk pencahayaan, termasuk bohlam, lampu jalan dan luminer, serta penerangan tenaga surya, untuk masyarakat di Sulawesi Tengah yang akan diserahterimakan kepada mitra LSM kami, Kopernik," ungkap Lea.
Selain itu, karyawan Signify juga telah memprakarsai pengumpulan donasi berupa uang yang setelah ditambahkan oleh perusahaan, berjumlah Rp 50 juta. Donasi tersebut telah disampaikan kepada UNICEF untuk membantu menolong anak-anak yang terkena dampak bencana tersebut.
Sebelumnya, Signify juga telah ambil bagian dalam menyediakan akses pencahayaan di wilayah terdampak bencana di Lombok, di mana penduduknya kini mulai bangkit dan membangun kembali. "Pada bulan Oktober lalu, kami menyumbangkan 800 lentera tenaga surya Philips untuk korban gempa bumi Lombok yang masih tinggal di tempat-tempat pengungsian atau hunian sementara," tutup Lea.