Langkah Nyata Empat Desainer Indonesia untuk “Merawat Bumi”

Empat desainer Indonesia, yakni Ariy Arka, Ayu Dyah Andari, Chintami Atmanegara, dan Yulia Fandy, menggagas gerakan “Fashion Rhapsody”. Melalui gerakan “Fashion Rhapsody”, mereka mengajak para desainer di Indonesia untuk turut mengurangi dampak lingkungan akibat limbah fashion, antara lain sisa potongan kain yang bisa mencapai ratusan juta kubik. Sejatinya, gerakan itu menjadi salah satu upaya para desainer untuk turut merawat bumi.

Tentu saja, keempatnya memulai dari diri mereka sendiri. Apa saja bentuk nyata keempatnya dalam berperan mengurangi limbah fashion? Dijawab Ariy, “Dengan motto 'Kolaborasi, Sinergi, Sustainability', Fashion Rhapsody menggandeng Dompet Dhuafa untuk memberikan sisa sisa potongan kain agar dapat diolah atau didaur ulang kembali menjadi produk bernilai ekonomis.”

Selain itu, melalui gerakan “Fashion Rhapsody”, Ariy yang juga mitra binaan Pertamina Persero, memutuskan untuk bermitra dengan Pertamina Persero. Melalui kemitraan tersebut, para pengrajin binaan Pertamina Persero diajak berkolaborasi untuk mengolah atau mendaur ulang limbah fashion untuk menjadi produk bernilai ekonomis.

"Ke depannya, kemitraan seperti ini akan kami perluas ke BUMN (Badan Usaha Milik Negara) lainnya, seperti BNI yang juga memiliki mitra binaan. Bahkan, saya sendiri sudah merancang pakaian dari sisa potongan kain, seperti yang saya pakai saat ini,” kata Ariy pada hari ini (2/12), di sela-sela penampilan anak-anak disabilitas Sanggar Pelita Monas (naungan Lions Club Jakarta Monas) di Road to Event Fashion Rhapsody, Mal Kota Kasablanka, Jakarta.

Ditambahkan Chintami, selama ini, ia telah menggunakan kain perca atau sisa potongan kain untuk dijadikan kancing, dompet, dan produk lainnya. “Produk dari hasil limbah fashion ini saya jadikan gimmick atau hadiah untuk para pelanggan kami. Bahkan, pada saat acara grand launching, kami menghadirkan patung yang dibuat dari sisa gulungan benang. Termasuk, membuat gaun dari limbah fashion,” ujarnya.

Ayu menimpali, Kelopak Bunga Tiga Dimensi yang menjadi ciri dari setiap desain atau rancangannya, terbuat dari kain perca atau sisa potongan kain. “Pemanfaatan kain perca ini selalu saya komunikasikan, karena hal ini menjadi added value dari setiap rancangan saya,” tandasnya.

Tak hanya mengolah atau mendaur ulang kembali limbah fashion menjadi produk bernilai ekonomi, pada gerakan “Fashion Rhapsody”, mereka juga mengkampanyekan kepada komunitas desainer untuk menggunakan kemasan yang dapat didaur ulang. Antara lain, dengan menggunakan biodegradable plastic yang diproduksi dari bahan dasar nabati, yaitu singkong cassava.

Lebih lanjut Yulia menegaskan, pada melalui gerakan “Fashion Rhapsody”, mereka juga akan menampilkan berbagai rancangan yang menggunakan limbah kain bekas. “Bahkan, kami juga memakai bahan yang menggunakan pewarna alam, dimana pewarna alam ini kami ambil dari tumbuhan yang jatuh, bukan yang dipetik,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)