Pengelolaan sampah, termasuk sampah plastik, masih menjadi isu utama bagi pemerintah Indonesia. Tanpa terkecuali, pemerintah kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sampai saat ini misalnya, hanya 9% penduduk di Pasuruan yang memiliki akses terhadap layanan pengelolaan sampah. Bahkan, hanya 1% dari jumlah sampah tersebut dikelola secara bijak. Akibatnya, penduduk lain tidak memiliki pilihan, selain membuang sampah di lingkungan sekitar mereka.
Fakta itulah yang mendorong pemerintah kabupaten (Pemkab)Pasuruanmemperkuat komitmennya untuk mengurangi pencemaran sampah plastik di lautan dengan mengalokasikan dua hektar lahan untuk pembangunan fasilitas TPST3R (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Reuse-Reduce-Recycle) Project STOP.
Fasilitas TPST2R tersebutakan mengelola pengumpulan dan pemilihan sampah serta proses daur ulang di kecamatan Lekok dan Nguling untuk pertama kalinya. Komitmen Pemkab Pasuruan itu dituangkan dalam Nota Kesepahaman yang ditandatangani untuk Project STOP di Pasuruan, pada hari ini (20/2).
Project STOP merupakan sebuah inisiatif dari Borealisdan SYSTEMIQ yang merancang, mengimplementasikan, dan mengembangkan solusi ekonomi sirkular untuk mencegah polusi plastik di Asia Tenggara.Project STOP diluncurkan pada 2017 lalu. Tujuan jangka panjang Project STOP adalah menciptakan solusi-solusi dan model-model baru yang dapat diadopsi dengan cepat di seluruh mata rantai plastik, mulai dari penggunaan plastik hingga pengumpulan dan daur ulang sampah di daerah yang memerlukan perbaikan di manajemen sampah plastik. Project STOP juga telah berkontribusi dalam menyelesaikan masalah plastik di Muncar-Jawa Timur dan Jembrana-Bali.
Sementara itu, Borealis dan SYSTEMIQ, bersama dengan Nestlé dan mitra lainnya serta dukungan positif dari Pemerintah Kabupaten Pasuruan meluncurkan kemitraan kota tahun lalu. Berfokus di kecamatan Lekok dan Nguling, inisiatif ini bertujuan untuk menerapkan sistem pengelolaan sampah berkelanjutan dengan biaya rendah yang akan meningkatkan tingkat pengumpulan sampah dan mencegah pencemaran sampah ke laut.
Dikatakan Bupati Pasuruan H. M. Irsyad Yusuf, “Kami sangat senang dan termotivasi untuk bekerja sama dengan Nestlé dan Project STOP dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang holistik. Hal ini merupakan salah satu upaya pengembangan yang penting dalam membantu Indonesia mencapai target pengurangan sampah di lautan hingga 70% pada 2025.”
Dia berharap,programtersebutdapat membantu Pemkab Pasuruanmenciptakan pengelolaan sampah mandiri yang ekonomis sehingga dapat diterapkan di seluruh daerah. Program ini tidak hanya menyediakan lapangan kerja baru, tetapi juga meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengatasi masalah lingkungan yang disebabkan oleh pengelolaan sampah plastik yang tidak tepat.
Pada2019, tim Project STOP di Pasuruan telah melakukan penelitian yang mencakup pemetaan sosial, pemetaan infrastruktur daur ulang, serta pemilahan jenis sampah dan tata kelola. Hasil dari penelitian tersebut kemudian digunakan untuk membuat strategi paling tepat dalam menciptakan ekonomi sirkular di wilayah ini.
CEO Borealis Alfred Sternmengungkapkan, “Perluasan kerja sama Project STOP ke lebih banyak kota merupakan langkah penting untuk memperbaiki sirkularitas plastik, khususnya di daerah yang memiliki tingkat kebocoran sampah yang tinggi. Sebagai mitra industri dan perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial, kami menghargai komitmen dari Nestlé dan seluruh mitra kami, terutama Pemerintah Kabupaten Pasuruan yang telah bersedia untuk bekerja sama dalam mencegah sampah plastik masuk ke lautan.”
Ditambahkan Program Director Ocean Plastics Asia dan Partner SYSTEMIQ Joi Danielson, “Dengan pendirian TPST3R, kami memiliki ambisi bahwa di 2022, kami mampu mengelola setidaknya 1.500 ton sampah plastik dengan baik setiap tahunnya.”
Presiden Direktur Nestlé Indonesia Dharnesh Gordon menegaskan, Nestlé berkomitmen untuk memastikan 100% kemasannyadapat didaur ulang atau digunakan kembali pada 2025. “Pendekatan kami untuk menciptakan sistem yang lebih berkelanjutan dan sirkular, berfokus pada tiga pekerjaan utama, yaitu pengembangan kemasan untuk masa depan, membantu menciptakan masa depan bebas sampah, serta mendorong perubahan perilaku dan memberikan pemahaman baru tentang bagaimana kita menggunakan kemasan,” tegasnya.
Keterlibatan Nestledalam Project STOP, diakuinya, untukmendukung ambisi jangka panjang Nestleuntuk menghentikan kebocoran sampah plastik ke lingkungan di wilayah operasinyadi seluruh dunia, yang salah satunya berada di wilayah Kabupaten Pasuruan.