Bagi peserta yang berminat menjadi entrepreneurship, program menyuguhkan materi yang berkait dengan bisnis, seperti business skill, business mentoring, serta dukungan lain yang dibutuhkan peserta. Semuanya terhimpun dalam 35 model pelatihan. Agar seluruh peserta aktif dalam kegiatan program, maka program di-create dalam format group discussion.
Selama program, para peserta mendapat pelatihan sebagai modal yang nantinya akan diterapkan saat berusaha. Uniknya, menurut Bambang, materi yang disampaikan dalam program tidak ditemui dalam pelajaran di sekolah sehingga porogram ini merupakan hal baru bagi peserta. “Dalam berbisnis perlu modal ketekunan dan keuletan. Pemahaman ini lumrah. Namun di program, modal penting yang lain adalah jejaring. Pebisnis yang sukses harus punya jejaring yang luas,” paparnya.
Inilah keunikan (diferensiasi) program Skilled Youth. Di sekolah, para siswa memperoleh pengetahuan yang dominan bersifat teoritis. Porsi prakteknya hanya sebagai pendukung untuk mengimplementasi teori yang diterima siswa. Format di sekolah sangat berbeda dengan program. Dalam Skilled Youth, peserta menerima pengetahuan teori dan praktek, namun porsi terbesar ada pada praktek. Porsi teori dan praktek berkisar 30% berbanding 70%.
Porsi praktek yang dominan dalam Skilled Youth ini adalah sesuai dengan target program, dimana para siswa diarahkan menjadi tenaga siap pakai saat terjun ke lapangan pekerjaan atau siap untuk merintis bisnis usaha (start-up). Tidak mengherankan apabila selama kegiatan program, seluruh peserta diajak untuk memecahklan persoalan (problem solving) melalui group discussion, memotivasi peserta untuk kreatif, inovatif, di samping pengembangkan soft skill seperti sikap disiplin, percaya diri, dan sikap tak kenal putus asa untuk meraih mimpi.
Melalui program ini, diharapkan semakin banyak kaum muda yang mampu mencapai potensi tertinggi mereka, dalam meningkatkan peluang ketenagakerjaan dan keahlian kewirausahaan yang dimiliki, sehingga mampu berkontribusi bagi perkembangan ekonomi lokal dan nasional. Sesuai dengan obyektif program, Skilled Youth diharapkan pula dapat menekan jumlah pengangguran usia produktif di Indonesia. Menurut data, program Skilled Youth tahap I dan II mampu mencetak ratusan entrepreneur pada usaha bisnis rintisan di bidang kuliner, fashion, dan lain-lain.
Isna Afridha misalnya, salah seorang penerima manfaat program Skilled Youth tahap sebelumnya, kini telah sukses menjadi entrepreneur dengan mengembangkan bisnis jilbab. “Sejak lama saya memiliki keinginan untuk berwiraswasta dan membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Namun, saya tidak tahu harus mulai dari mana,” tuturnya.
“Berkat bimbingan dan pembekalan yang saya terima selama mengikuti program Skilled Youth yang diinisiasi IBL dan didukung Citi Indonesia, saya mendapatkan pengetahuan lebih dalam memulai dan mengembangkan bisnis. Sampai sekarang usaha bisnis jilbab saya terus jalan,” ujar Isna.
Program Skilled Youth mengarahkan peserta untuk menekuni pilihan pekerjaan dan bisnis yang diminati. Setelah itu, peserta dibimbing dan dibekali dengan pengetahuan softskill dan hardskill untuk merealisasasikannya. “Saya tertarik untuk menekuni bisnis kuliner. Di Skilled Youth, saya dibekali skill tentang cara memulai dan menjalankan bisnis kuliner,” kata Bambang.
Mohamad Fahmi, Direktur Eksekutif IBLmenyatakan, program Skilled Youth tahap III akan memberdayakan potensi ekonomi peserta melalui peningkatan kemampuan baik soft skill dan hard skill, pendampingan bisnis kewirausahaan serta bimbingan kerja. “Menggunakan pendekatan Skilled Youth-Bekerja dan Skilled Youth-Berwirausaha, dirasa mampu menanamkan motivasi kepada peserta agar semangat mengembangkan kemampuan dirinya terus berkarya secara positif untuk meraih masa depan yang lebih baik.” jelasnya.
Hasil
Sesuai dengan obyektif program, yakni membekali peserta agar mampu meningkatkan peluang ketenagakerjaan dan keahlian kewirausahaan yang dimiliki, Skilled Youth tahap III diharapkan mampu “mengentaskan” ketidakmampuan 250 orang usia muda sebagai peserta program untuk bekerja dan berwirausaha.
Kendati jumlah penerima program relatif sedikit – bila dibandingkan dengan TPT yang mencapai jutaan orang – program ini setidaknya memberi kontribusi positif bagi pemerintah dalam upaya menekan jumlah TPT. Terlebih lagi, pemerintah tahun ini menargetkan tingkat pengangguran turun di kisaran 4,8%-5,2%.
“Bersama dengan mitra pelaksana kami, Indonesia Business Links, Citibank berkomitmen untuk terus mendukung individu-individu muda agar dapat mengembangkan potensi diri serta memiliki kemandirian finansial sejak dini, sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia, utamanya di daerah yang menjadi target program ini." tandas Elvera Makki.