Perusahaan di seluruh dunia kini menghadapi tantangan baru melalui persyaratan CSR yang ditentukan oleh masing-masing pemerintahan di temapt perusahaan tersebut beroperasi. Di India, misalnya, kini ada India Companies Act, sebuah undang-undang disahkan pada 2013, yang mengamanatkan bahwa perusahaan dengan ukuran tertentu harus menyumbangkan 2 persen dari laba bersih yang mereka hasilkan untuk inisiatif yang berdampak sosial.
Tapi di sisi lain, tahun depan juga terbuka peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan cakupan program CSR yang ada. Berikut adalah peluang-peluang yang dipaparkan oleh Maeve Miccio, Vice President for Corporate Responsibility di Silicon Valley Community Foundation,
1. Pengaruh Karyawan terhadap Kegiatan CSR Semakin Besar
Tren ini dipelopori oleh perusahaan teknologi yang kemudian diadopsi oleh sector lain. Jadi dalam menentukan jenis kegiatan dan mitra yang diajak kerjasama, perusahaan makin memperhatikan masukan dari karyawan. Organisasi atau perusahaan seperti Yelp dan Yahoo Employee Foundation memberdayakan karyawan mereka untuk mendirikan semacam LSM yang mereka danai melalui pengumpulan dana dari karyawan sendiri. Strategi ini berkaitan erat dengan penelitian seperti Deloitte Millenial Survey 2015, yang menunjukkan bahwa millenials berpotensi memilih tempat kerja berdasarkan apa yang ingin dicapai perusahaan dan percaya bahwa para pemimpin perusahaan harus memberi prioritas tinggi pada kontribusinya terhadap masyarakat setempat dan masyarakat yang lebih luas. Dengan makin meningkatnya proporsi millenials, karyawan dipengaruhi pemberian dan CSR kemungkinan tumbuh.
2. Kolaborasi Dengan Pemerintah Daerah dan Kota
Akhir-akhir ini makin banyak perusahaan beranggapan bahwa kolaborasi perusahaan dengan lembaga pemerintah daerah atau kota dalam kegiatan CSR bisa memberikan dampak yang lebih besar. Program Smarter Cities yang dilakukan IBM misalnya, adalah model yang dinilai banyak pihak sangat positif. Disini kontribusi IBM adalah memberikan konsultasi dan dukungan teknologi untuk memajukan kota di berbagai bidang seperti keamanan publik dan manajemen darurat. Makin tingginya minat para professional perusahaan jasa profesional dan perusahaan teknologi dalam meluncurkan inisiatif ini meningkatkan keahlian, pengaruh dan investasi dalam meningkatkan efisiensi kinerja infrastruktur. Contoh terbaru adalah program Amazon Web Services, City on Cloud.
3. Penyelasaran Inisiatif Perusahaan dan Pemerintah di Seluruh Dunia
Perkembangan tahun depan memberikan peluang bagi perusahaan untuk menyelaraskan upaya inisiatif antar pemerintah. Conference of Parties tahunan (COP21) atau yang dikenal sebagai Paris Climate Conference 2015, Desember lalu, bertujuan mendorong PBB untuk mengikat perjanjian diantara negara-negara di seluruh dunia untuk menjaga tingkat pemanasan global berada di bawah 2 ° C. Disini perusahaan dari berbagai sektor satu sama lain merasa perlu berkolaborasi dengan pemerintah untuk mencapai target parameter seperti yang digariskan dalam perjanjian tersebut.
4. Makin Tingginya Tuntutan Transparansi
Fakta bahwa investor, konsumen dan pemerintah membutuhkan transparansi yang lebih besar dari sektor swasta bukanlah hal baru. Di Amerika Serikat misalnya, perusahaan teknologi seperti Pinterest, Slack dan Twitter meningkatkan transparansi dengan mengungkapkan beragam data internal mereka. Pengungkapan sukarela ini membuat masing-masing elemen dalam organisasi tersebut untuk berbagi sumber daya, praktik dan proses pembelajaran terbaik.
Ini menular ke perusahaan lain. Beberapa perusahaan teknologi telah berbagi kemampuan sumber daya melalui berbagai macam pelatihan. Selain itu, melalui Dodd-Frank Act, beberapa perusahaan tertentu di AS diminta melaporkan segala potensi konflik di seluruh rantai pasokan mereka, dan laporan awal yang menunjukkan bahwa langkah ini mulai mendorong perubahan positif, yakni berkurangnya konflik di berbagai industri