Ambisi Mondelez Menguasai Pasar Snack Indonesia

Pasar snack di Indonesia sangat seksi. Nilai bisnisnya saat ini mencapai Rp 243 triliun. Tak mengherankan jika hampir semua pemain besar di industri makanan dan minuman di Indonesia bertarung memperebutkan pasar snack: Indofood, GarudaFood, Mayora, TPS Food, Mondelez, Petra Food, dan lain sebagainya.

Melihat seksinya pasar Indonesia, Mondelez—dulu bernama Kraft Foods, dalam dua tahun terakhir ini sangat gencar menggarap pasar negeri ini. Perusahaan global ini berambisi mengalahkan dominasi Mayora di kategori biskuit, dan menantang Silver Queen di kategori dairy chocolate. Sepak terjang Mondelez ini antara lain ditunjukkan dengan meluncurkan Chips Ahoy pada 2015 dan Belvita biskuit sarapan pada April 2016.

Bahkan untuk lebih fokus menggarap pasar snack Indonesia, Mondelez menunjuk pimpinan baru pada tahun lalu, yaitu Sunil Taldar sebagai President Director Mondelez Indonesia. Di tangan pria yang telah berkiprah lebih dari 25 tahun di pasar Fast Moving Consumer Goods (FMCG) global itu, Mondelez mempercayakan misi perusahaan untuk menjadi “Indonesia Favorite Snacking Company”.

Dalam kurun delapan bulan kepemimpinannya, pria yang pernah menjadi Head of Business di Walmart Inggris itu mampu mengubah profit negatif Mondelez Indonesia menjadi profit dengan pertumbuhan double digit.

Bagaimana strategi Mondelez menggarap pasar snack di Indonesia. Simak wawancara Jurnalis Majalah MIX Dwi Wulandari, dengan Sunil Taldar,  President Director Mondelez Indonesia, berikut ini.    

 

Bagaimana potensi pasar snack di Indonesia? Bagaimana pula habit konsumen Indonesia dalam mengkonsumsi snack?

Mondelez adalah perusahaan snacking terbesar di dunia. Dan, Indonesia adalah salah satu negara yang potensial untuk pasar snack. Untuk memahami kebiasaan konsumen Indonesia dalam mengkonsumsi snack, kami melakukan survei “Indonesia Snacking Framework”. Riset itu menggambarkan bagaimana konsumen Indonesia mengkonsumsi snack, dan perubahannya konsumsinya.

Ada sejumlah fakta menarik yang dapat kami cermati dari riset tersebut. Pertama, 85% konsumen Indonesia tidak pernah melewatkan aktivitas makan pokok. Hal itu berbeda dengan konsumen Eropa yang menunjukkan tren setidaknya melewatkan satu waktu makan pokok mereka. Oleh karena itu, peluang konsumsi snack di Indonesia sangat besar, potensinya mencapai Rp 243 tirliun.

Kedua, habit lainnya adalah orang Indonesia menghabiskan hampir 11 jam untuk bekerja. Ini tidak termasuk waktu di jalan akibat traffic jump. Waktu panjang yang dihabiskan untuk bekerja dan berada di perjalanan itu menjadi peluang bagi produk snack. Fakta ini sangat berbeda dengan kebiasaan mengonsumsi snack di negara-negara lain.

Ketiga, orang Indonesia senang makan bersama, baik bersama teman, pasangan, maupun keluarga. Berdasarkan insights tersebut, kami memproduksi snack yang sifatnya shareable atau dapat dibagi-bagi. Keempat, memasuki tren gaya hidup sehat seperti sekarang, konsumen Indonesia juga concern dengan snack sehat. Hanya saja, berbeda dengan konsumen global yang dapat menerima snack healthy dan berkompromi dengan taste, orang Indonesia tidak hanya ingin snack sehat, tetapi juga harus enak. Itu artinya, selain healty, taste yang enak juga harus dipenuhi oleh produk snack.

Di Indonesia, untuk kategori snack, biskuit adalah produk yang paling banyak dikonsumsi, terutama untuk sarapan. Oleh karena itu, biskuit menjadi salah satu peluang besar bagi Mondelez. Itu sebabnya,  kami memilih  mengkomunikasikan bahwa Belvita, sebagai salah satu produk biskuit dari Mondelez, dapat dijadikan salah satu pilihan untuk sarapan.

Mondelez membagi segmen market dalam tiga kelompok besar. Pertama, Treat, snack yang dikonsumsi untuk enjoyement, contohnya Oreo, Cadburry, dan Chips Ahoy. Segmen ini berkontribusi 43% terhadap total snacking market.  Kedua, Fuel, adalah produk snack yang dikonsumsi untuk menambah energi dan 90%-nya dikonsumsi untuk sarapan, contohnya Biskuat dan Belvita.  Kontribusinya mencapai 37% terhadap total snacking market. Ketiga Boost, yakni produk seperti secangkir teh atau kopi, dengan kontribusi sebesar 20% terhadap total snacking market.

Dwi Wulandari

Recent Posts

Empowering SMEs, Evermos “The Best Creating Shared Value Program” Indonesia Corporate Sustainability Initiatives 2024

MIX.co.id - “Empowering SMEs through Inclusive Embedded Financing” merupakan program keberlanjutan yang digelar Evermos untuk…

2 hours ago

BluAcademy, BCA Digital “The Best Cause Promotion Program” Indonesia Corporate Sustainability Initiatives 2024

MIX.co.id - Tahun 2023, BCA Digital secara proaktif dan konsisten menginisiasi kegiatan literasi, edukasi, dan…

5 hours ago

Rayakan Hari Ibu, Prenagen Kampanye #KauBegituSempurna

MIX.co.id – Memperingati Hari Ibu, Kalbe Nutritionals melalui salah satu produknya Prenagen Lactamom meluncurkan kampanye…

7 hours ago

Clinic Start to Change Erha “The Best Circular Economy Program” Indonesia Corporate Sustainability Initiatives 2024

MIX.co.id - Sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya, Erha Clinic meluncurkan program circular economy "Start…

8 hours ago

Dukung SDGs, Smartfren Jalankan Inisiatif Keberlanjutan Berbasis Corporate Value “Panca Garda”

MIX.co.id - Sepanjang 2024, Smartfren telah menggelar rangkaian program corporate social responsibility (CSR) melalui lima…

11 hours ago

BAGAIMANA MENJEMBATANI KESENJANGAN SIKAP PROIDUK HIJAU?

Isu keberlanjutan kini menjadi fokus global, mendorong perusahaan dan masyarakat untuk menemukan cara yang dapat…

12 hours ago