Bagi Mandirian—sebutan bagi karyawan Bank Mandiri— bekerja itu lebih dari sekadar mencari nafkah. "Kami percaya, keberadaan kami di Mandiri memberikan dampak lebih luas bagi orang-orang dan lingkungan mulai dari rekan kerja, keluarga, nasabah, masyarakat dan pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan bangsa Indonesia,” demikian Alex Deny, Senior Vice President Human Capital Strategy and Policy Bank Mandiri memaparkan penerjemahan Prosperous Spirit (Spirit Memakmurkan Negeri) sebagai Employee Value Proposition (EVP) Bank Mandiri.
Ia percaya posisi sebagai Mandirian merupakan value proposition unik bagi talent karena mereka akan memiliki peran penting bagi kemajuan ekonomi Indonesia. Hal ini terkait dengan besarnya peran perbankan terhadap semua sektor industri di Indonesia, dan terlebih posisi Mandiri sebagai bank terbesar (dan terbaik) di Indonesia.
Alex menyadari membangun citra perusahaan sebagai employer bukan pekerjaan mudah karena persaingan di tingkat employer ternyata lebih ketat dibandingkan persaingan bisnis biasa. Mereka harus bersaing dengan semua perusahaan terbaik antarindustri.
Oleh karena itu, branding menjadi faktor penting untuk menarik talent (yang saat sekarang berasal dari Gen-Y, bahkan masuk generasi milenial). Dalam kondisi ini, lanjut Alex, peran rekruiter sudah selayaknya marketer dalam bisnis sehingga strategi marketing yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap besarnya peminat yang menjadi rebutan banyak perusahaan. Untuk kepentingan tersebut, peran pegawai Mandiri juga dimaksimalkan dengan meningkatkan employee engagement mereka agar sekaligus berperan sebagai marketer utama dalam employer branding melalui word of mouth.
Riset terbaru Universum yang menyimpulkan bahwa ketertarikan Gen-Y Indonesia terhadap tempat bekerja impiannya lebih mempertimbangkan kualitas people dan culture dibenarkan oleh Alex. Menurut pengamatannya, ekspektasi terhadap kenyamanan lingkungan kerja itu ternyata juga menjadi concern bagi pegawai internal dan menjadi driver utama dalam engagement pegawai dengan perusahaan. Lingkungan kerja yang dinamis ia percaya akan mendorong mobilisasi, merangsang kreativitas dan menumbuhkan lingkungan yang ramah dalam hal hubungan interpersonal antar pegawai.
Guna menstimulasi terciptanya suasana tersebut, setiap tahun Bank Mandiri memberikan “Culture Excellence Award”, penghargaan bagi unit kerja dengan program budaya terbaik. Melalui kegiatan itu setiap unit kerja diharapkan akan berkreasi untuk membangun lingkungan kerja yang lebih nyaman bagi pegawai di dalamnya. “Kami percaya bahwa a good corporate culture will boost performance,” tegas Alex.
Untuk mendorong terciptanya lingkungan kerja kondusif, Divisi Human Capital kemudian menciptakan sistem kerja flexy time. Melalui sistem time banking management ini, pegawai diberikan keleluasaan untuk mengatur waktu kerja sesuai dengan ritme bisnis masing-masing.
Selain faktor lingkungan kerja, hal lain yang membuat pegawai betah adalah kesempatan belajar dan pengembangan kompetensi. Ia menyadari generasi muda saat ini sangat dinamis dan menyukai tantangan harus diberikan kesempatan untuk menggali pengalaman seluas-luasnya.
“Menyadari pentingnya hal tersebut, kami di Mandiri terus berupaya memfasilitasi pengembangan kompetensi pegawai melalui Mandiri University dan mendorong mobilisasi pegawai seintensif mungkin,” paparnya lagi.
Memperhatikan bahwa Gen-Y sangat dekat dengan internet dan media sosial, internal Bank Mandiri kemudian membangun kapabilitas talent management berbasis cloud yang mereka sebut “Mandiri Easy” serta Knowledge Management melalui “i-know”, “i-learn” dan “i-share”.
Ke depan mereka juga akan membangun kapabilitas rekrutmen melalui media sosial lain khususnya Facebook dan Twitter. Selain itu mereka juga akan fokus membangun kapabilitas Mandiri Career Website yang diharapkan memberi warna baru dalam proses penjaringan talent-talent muda Indonesia.
Mulai tahun ini, Bank Mandiri berinisiatif melakukan aktivasi “Mandiri Talent Scout” ke kampus-kampus dengan target 10 universitas pada tahun pertama. Dalam event tersebut, jajaran direksi Mandiri diajak untuk membuka wawasan mahasiswa mengenai dunia perbankan pada umumnya dan kesempatan bekerja di Bank Mandiri. Komunikasi melalui iklan media cetak justru tidak diprioritaskan lagi karena dipandang kurang efektif dalam menjaring lebih banyak peminat.
Di luar itu, mereka merasa masih memiliki cukup ruang untuk membentuk persepsi mahasiswa dan meningkatkan minat target employee di Bank Mandiri. Misalnya dalam hal dukungan perusahaan untuk mendanai program beasiswa S2 di Top 20 World’s Best Universities yang belum tersosialisasikan dengan baik. Juga komitmen perusahaan untuk mendorong kreatifitas dan inovasi karyawan.
Sejauh ini Alex mengaku Bank Mandiri belum pernah mengadakan riset khusus yang hanya mengukur reputasi Mandiri sebagai employer. Oleh karena itu, survei Universum kali ini akan mereka jadikan baseline posisi Employer Branding Bank Mandiri di antara perusahaan atau institusi lain di Indonesia. Beberapa hal dari hasil survei yang membuat mereka lega adalah Bank Mandiri masih menjadi top of mind di sektor perbankan untuk hampir seluruh mahasiswa di setiap jurusan. (Nurur R Bintari)