Setelah sekian lama tak pernah mengalami penurunan, untuk pertama kalinya industri periklanan tidak bertumbuh, bahkan minus. Ya, pada kuartal pertama (Q1) 2015, industri advertising di Indonesia terpaksa harus turun 7%. Padahal, merujuk data Nielsen, pada tahun-tahun sebelumnya industri periklanan selalu tumbuh double digit. Tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 misalnya, industri periklanan tumbuh 21%. Di tahun 2012, kembali tumbuh 20%. Tahun 2013, industri periklanan malah sanggup naik 22%. Baru, pada tahun 2014, industri periklanan hanya tumbuh single digit, yakni 6%, dengan total belanja iklan menembus Rp 113,3 triliun.
Sayangnya, tahun 2015 industri periklanan diawali dengan performa yang buruk. Hal itu ditandai dengan Q1 2015 yang terpaksa minus 7%, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, sepending di media televisi justru bertumbuh, walaupun sangat tipis. Jika Q1 2014 belanja iklan di televisi mencapai 69%, maka pada Q1 2015 angkanya mencapai 72%. Sebaliknya, belanja iklan di koran justru mengalami penurunan, dari 29% di Q1 2014, menjadi 26% di Q1 2015.
Lantas, siapa saja brand-brand yang masih beriklan sangat tinggi di televisi pada Q1 2015 ini? Menurut catatan Nielsen, di media televisi, top spender pada Q1 2015 dikuasai dua brand mie instant. Bak dua pacuan kuda, Indofood dengan merek Indomie menempati posisi teratas, yakni dengan nilai belanja Rp 241,2 miliar. Selanjutnya, diikuti oleh follower-nya, mie Sedaap dari Wings, yang mencapai Rp 226,1 miliar.
Yang menarik, pada kategori media televisi, produk rokok akhirnya kembali menjadi spender tiga besar. Ya, Dji Sam Soe 234-Clove Cigarette menempati spender ketiga di televisi dengan nilai belanja Rp 187,7 miliar. Sementara Dji Sam Soe 234 Magnum Filter berada pada posisi 17, dengan nilai Rp 93,23 miliar. Berikutnya, diikuti oleh brand Dunhill Filter Rp 92,2 miliar pada posisi ke-19 dan Sampoerna A Mild pada posisi ke-20 dengan belanja iklan Rp 92,05 miliar.
Industri telekomunikasi juga menyumbang cukup besar untuk total belanja iklan pada Q1 2015 ini. Terbukti, pada posisi kelima besar ada XL Internet Broadband Car dengan nilai belanja iklan Rp 122,7 miliar. Sebelumnya, di posisi keempat ada Top Coffee, satu-satunya brand kopi yang masih konsisten dengan belanja iklan cukup besar. Brand kopi dari Wings Group itu mampu membelanjakan Rp 153,7 miliar pada Q1 2015.
Bagaimana dengan koran? Masih menurut catatan Nielsen, 20 Top Spender pada Q1 2015 di media koran ternyata dikuasai oleh pemerintah daerah (Pemda). Hal itu cukup dimaklumi, karena dalam waktu dekat Indonesia akan menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilakda). Adalah Pemda Riau yang menempati pembelanja teratas dengan nilai Rp 101,7 miliar. Kemudian, diikuti Pemda Kalimatan Timur pada posisi kedua dengan nilai Rp 71,07 miliar. Pemda lain yang masuk 20 Top Spender di koran adalah Pemda Kepulauan Riau (Rp 61,05 juta), Pemda Jambi (Rp 40,6 miliar), Pemda Sulawesi Selatan (Rp 38,3 miliar), Pemda Sulawesi Utara (Rp 36,1 miliar), Pemda Bengkulu (Rp 33,5 miliar), dan DPRD (Rp 33,09 miliar).
Sementara itu, dari sisi industri, rupanya hampir semua kategori industri mengalami penurunan untuk beriklan pada Q1 2015. Hanya kategori Food dan beverages yang tetap tumbuh belanja iklannya. Kategori food mampu tumbuh 5% pada Q1 2015 dibandingkan dengan tahun lalu. Adapun kategori beverages sanggup tumbuh 7%. Sebaliknya, yang mengalami penurunan sangat besar adalah kategori Corporate & Public Service Ad yang mencapai -44% dan kategori toeletris dan kosmetik yang mencapai -12%.