Strategi invest to grow (pengalokasian dana investasi untuk berkembang) yang dilakukan PT Asuransi Cigna selama 2012 berhasil mendorong pertumbuhan penjualan Cigna sebesar 45%. "Kami melakukan invest to grow dengan memperkuat sumber daya manusia, sistem dan teknologi, serta customer insight untuk meningkatkan produk dan layanan demi kepuasan nasabah," ujar Christine Setyabudi, Direktur Utama PT Asuransi Cigna.
Dari kiri-kanan: Iwan Murty (Managing Director PT Ipsos Indonesia), Christine Setyabudhi (Direktur Utama PT Asuransi Cigna), Julian Mengual (Chief Sales & Marketing Officer PT Asuransi Cigna) dalam jumpa pers hari ini (21/5) di Jakarta.
Strategi tersebut, masih kata Christine, telah dipersiapkan perusahaan untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan pasar yang semakin besar pada tahun 2013. Merujuk kumpulan survey yang dilakukan PT Ipsos Indonesia, tren pembelian asuransi di Indonesia menunjukkan pertumbuhan setiap tahun. Hal ini diperkirakan terkait dengan konsistensi fondasi ekonomi di Indonesia yang mempengaruhi peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah.
"Pertumbuhan jumlah masyarakat kelas menengah ke atas mengubah perilaku konsumsi mereka yang menginginkan kenyamanan lebih dari biasanya. Ditambah dengan perkembangan teknologi yang terjangkau, serta peluang di bisnis e-commerce, tentu bisa menjadi pertimbangan penyusunan strategi bisnis perusahaan ke depan,” ujar Iwan Murty, Managing Director PT Ipsos Indonesia yang menjadi partner Cigna memberikan customer insight terkait dengan segmen tersebut.
Dengan demografi dimana usia populasi rata-rata 32 tahun yang merupakan usia produktif dan paham teknologi tinggi, segmen ini diperkirakan rela membelanjakan uangnya untuk perawatan kesehatan yang lebih baik. Termasuk kepemilikan asuransi, selalu bergerak (mobile) dan bersentuhan erat dengan media digital.
Dengan pertimbangan tersebut, maka Cigna sebagai penyedia perlindungan bagi nasabah, akan berevolusi menjadi perusahaan yang tidak hanya ditemui dan bicara sewaktu ada klaim asuransi tetapi menjadi mitra nasabah yang bisa lebih berinteraksi dan engage. “Filosofi ini mendasari usaha kami untuk selalu mengembangkan produk dan layanan yang relevan dengan kebutuhan nasabah,” kata Julian Mengual, Chief Sales & Marketing Officer PT Asuransi Cigna.
Pengembangan produk dan layanan tersebut mereka dukung dengan menciptakan saluran distribusi yang fleksibel agar dapat dijangkau dimanapun dan kapanpun nasabah butuhkan. Menyikapi perkembangan teknologi tinggi saat ini, manajemen Cigna akan membuka saluran distribusi baik secara online, maupun dalam ruang digital untuk melengkapi saluran distribusi tele-marketing. “Kuartal pertama di 2013, kami melakukan inovasi saluran distribusi melalui mobile payment,” tambah Julian.
Laporan keuangan Cigna tahun 2012 memperlihatkan pencapaian pertumbuhan aset sebesar Rp 83 miliar (dari Rp 1,644 T pada Desember 2011 menjadi Rp 1,727 T pada Desember 2012). Christine mengungkapkan pencapaian pertumbuhan aset tersebut mendorong rasio tingkat solvabilitas (RBC - Risk Based Capital) sebesar 446% pada akhir 2012n yang berarti hampir empat kali lipat dari Peraturan Pemerintah yang sebesar 120%.