Di tengah kepungan merek fesyen asing yang merangsek pasar Indonesia, produk fesyen lokal produksi LOGO DE CORPS justru mampu eksis. Tak kurang dari empat merek fesyen ritel berhasil tersebar di lebih dari 700 outlet di Indonesia. Sebut saja Logo yang menyasar pasar wanita di tahun 1980, Bomb Boogie yang mengincar segmen pria di tahun 2004, Ninety Degrees yang membidik segmen remaja wanita di tahun 2005, dan Body Talk yang menyasar pasar wanita professional muda di tahun 2010—di mana segmen itu begitu menjanjikan karena jumlah wanita bekerja terus saja bertumbuh.
Sejak hadir dengan merek Logo lewat produk T-Shirt di tahun 1980, Chairman sekaligus pendiri LOGO DE CORPS Andrio Suhendro, sadar betul akan pentingnya branding dan promosi. Oleh karena itu, hampir semua brand yang diproduksinya dilabeli dengan brand yang kental dan identik dengan bahasa asing. “Berdasarkan insight, sampai saat ini untuk produk fesyen, konsumen Indonesia masih berkiblat dengan produk asing. Itu sebabnya, empat brand kami namanya berbau western,” kata Andrio, yang akrab disapa Abeng, beralasan.
Sukses melakukan branding dan promosi lewat menyebar catalog di majalah “Gadis” dan “Aktuil”, menggelar program “Putri Logo”, hingga ekpansi ke pelosok daerah dengan masuk ke jaringan Matahari Deaprtmenet Store, tahun 2000 Logo melakukan esktensifikasi ke produk jeans. Sejak saat itu, brand Logo pun makin berkibar. Dengan harga yang menyasar kelas menengah, dimulai pada harga Rp 400 ribuan, Logo mulai diminati pasar Indonesia.
Agar tak kalah eksis dengan brand-brand asing atua brand lokal lainnya, perusahaan asal Bandung itu sejak tahun 2004 mulai membangun showroom Logo di pusat perbelanjaan di kota-kota besar di seluruh Indonesia. “Saat ini, showroom Logo yang memamerkan empat brand kami sudah mencapai 30 gerai showroom. Sementara itu, untuk kontribusi masing-masing brand, Logo 40%, Bomb Boogie 30%, sisanya Ninety Degrees dan Body Talk,” ujar Abeng, yang menyebutkan saat ini merek-merek LOGO DE CORPS sudah tersedia juga di Centro, Metro, Sogo, dan pusat fesyen lainnya.
Memasuki era digital, Logo pun tak mau ketinggalan. Sejak tahun 2012, dibantu dengan putranya Rene Martine sebagai President Director LOGO DE CORPS, Logo mulai memanfaatkan media digital dan social media. Diterangkan Rene, tahun 2012 Logo mulai dipasarkan lewat situs belanja online resemi miliki LOGO, www.logojeans.co.id, serta di sejumlah market place situs belanja online umum lainnya, Zalora misalnya.
Selain kampanye komunikasi di media tradisional seperti televisi pada saat jelang Ramadhan dan Lebaran, LOGO juga menggelar kampanye lewat social media seperti facebook, twitter, dan instagram. Tentu saja, setiap strategi komunikasi pemasaran kami custom sesuai dengan target market brand. “Logo dengan brand ambassador Cinta Laura, lebih aktif di social media seperti Instagram, kerena wanita muda memang aktif di sana. Selanjutnya, ada Ninety Degrees yang lebih banyak melakukan roadshow ke sekolah-sekolah dan kampanye di social media, Body Talk memilih memanfaatkan acara-acara memasak atau kuliner, serta Bomb Boogie yang memilih mendekati market lewat komunitas sport yang digemari segmen pria,” urai Rene.
Demi mempertajam branding, LOGO tengah meluncurkan konsep gerai baru, Street Store. Konsep Stren Store tengah dirancang di daerah Bali dan Jogja. Dikatakan Rene, mulai tahun depan LOGO akan fokus membangun gera-gerai mandiri di luar mall, terutama di daerah-daerah tempat berkumpulnya anak-anak muda. Selain itu, online pun akan makin massif digarap untuk brand-brand keluaran LOGO. ”Sampai saat ini kontribusi belanja online di kami masih kecil, 5%. Namun, ke depan online akan makin prospektif, mengingat pertumbuhan e-commerce di Tanah Air makin tinggi,” lanjut Rene.
Ditambahkan Abeng, inovasi juga menjadi kunci sukses LOGO. Sebagai produk fesyen, inovasi produk menjadi yang utama. Oleh karena itu, dalam setahun LOGO melempar 500 desain baru untuk empat brand-nya. “Ketika model celana jogger sedang menjadi tren, kami meluncurkan jeans dengan model jogger,” terang Abeng, yang menyebutkan LOGO tak memiliki pabrik, namun menggandeng banyak UKM untuk menjahit berbagai model dari empat brand yang dimiliki LOGO.
1 thought on “Eksis di Tengah Kepungan Merek Asing, Strategi Apa yang Dilancarkan LOGO Jeans?”