Tak hanya di global, tren e-Commerce atau belanja online juga terjadi di Tanah Air. Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) 2015 menjadi momentum bertumbuhnya belanja online di Indonesia. Untuk meningkatkan penetrasi e-commerce dan memperbesar “pie” e-commerce, pemasar memerlukan pembaruan dari strategi bisnis, pemasaran, dan merchandising. Tentu saja, langkah pembaruan itu dilakukan untuk menjawab perubahan perilaku konsumen modern. Perusahaan yang mampu menjawab perubahan perilaku konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi, mereka-lah yang akan menang dalam merebut hati konsumen.
Ada empat tren yang akan mempengaruhi hubungan brand dengan pelanggan di dunia e-commerce pada tahun 2016. Berikut ini empat tren yang akan menjadi peluang e-commerce di tahun 2016, seperti yang dikutip dari Business2Community.com:
1. Consumable
Tahun 2016, konsumen akan menjadi konsumtif. Agar membuat konsumen tetap konsumtif dan consumable, maka dibutuhkan trik untuk membuat mereka consumable. Cara yang dilakukan Amazon dapat dilakukan. Amazon mempromosikan dan menawarkan pilihan “Berlangganan dan Simpan”. Dengan tawaran itu, pelanggan dapat memilih pengiriman informasi bulanan tentang produk favorit mereka. Pelanggan pun berhak memperoleh diskon hingga 15% dari setiap pesanan yang dipilih. Bagi pelanggan, tentu saja hal itu merupakan penghematan dalam memilih klik tombol pembelanjaan. Langkah itu juga dapat membuat pemasar dengan mudah memprediksi pendapatan e-commerce-nya. Demi memanfaatkan tren itu, pemasar harus mengidentifikasi pelanggan secara teratur tentang produk-produk yang mereka konsumsi, termasuk mencermati apa saja yang mereka beli di toko-toko (offline) tiap bulannya. Selanjutnya, pemasar dapat menawarkan pembeli pilihan untuk berlangganan pengiriman informasi produk terbaru setiap bulannya. Dengan demikian, ketika pelanggan kehabisan produk, pemasar dapat memasoknya tepat waktu.
2. Brand Serius dalam Memproduksi dan Mempromosikan Konten
Selama bertahun-tahun, pemasaran konten dilakukan oleh tim TI (Teknologi Informasi) di perusahaan. Sayangnya, banyak yang tidak memahami apa pentingnya menjalankan strategi pemasaran konten agar berdampak siginifkan terhadap pendapatan. Terbukti, beberapa merek e-commerce membabi buta meproduksi posting blog, gambar, dan video tanpa memikirkan lebih lanjut bagaimana mereka mempromosikan brand story. Akibatnya, anggaran yang begitu besar tidak pernah mencapai audiens yang tepat. Tahun 2016, pemasar harus menjadi lebih teredukasi tentang pentingnya mendistribusikan dan mempromosikan konten mereka.
Tahun 2016, pemasar dituntut untuk menciptakan konten promosi berupa video dan gambar yang lebih relevan dengan konsumen potensial yang akan dibidik. Tentu saja, cerita yang menarik, inspiratif, dan relevan dengan konsumen-lah yang akan dipilih konsumen.
3. Toko Offline Meningkatkan Penjualan Online
Meskipun deskripsi dan ulasan produk sudah secara rinci dipaparkan di situs belanja online, mulai dari format teks, gambar beresolusi tinggi, hingga video, namun ada sejumlah konsumen yang tetap membutuhkan pengalaman khusus dari sebuah produk. Mereka tetap memerlukan pengalaman berupa menyentuh, merasakan, dan menggunakan produk, sebelum mereka membelinya. Oleh karena itu, tak heran jika ada sejumlah situs belanja online juga membuka toko offline-nya, untuk menjawab kebutuhan konsumen seperti itu. Sebut saja, superstar e-Commerce Bonobo dan Warby Parker, pengecer digital pertama, yang sejak tahun 2013 telah memperluas bisnis mereka secara offline. Hanya dalam beberapa tahun, mereka telah berhasil membuka puluhan lokasi toko offline. Namun, tidak semua brand bisa sesukses mereka. Apalagi, langkah itu membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.
Untuk menjawab tren seperti itu dan mengurangi resiko dengan pembukaan toko offline, maka pemasar dapat membuka toko pop-up dengan sewa jangka pendek. Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang memang sering dilalui oleh pelanggan. Selanjutnya, setelah sejumlah toko pop-up sukses, pemasar dapat mengembangkannya dan memulainya menjadi lokasi atau toko offline permanen.
4. Memproduksi Aplikasi Virtual Beberlanja yang Nyaris Mirip dengan Toko Offline
Ketika pembeli enggan ke luar rumah atau malas bergerak dari tempat tidur atau sofa mereka, aplikasi virtual yang dikemas secara real, hampir meniru suasana dan pengalaman berbelanja di dalam toko offline sangatlah dibutuhkan. Pemasar dapat meniru apa yang sudah dilakukan oleh L’Oreal. Kosmetik asal Prancis itu menawarkan aplikasi belanja kosmetik Makeup Genius dengan emapt fitur yang nyaris mirip dengan di toko offline.
Keempat fitur Makeup Genius itu adalah pelanggan dapat seketika mencoba merias wajah mereka secara real-time dengan makeup yang telah dipilih; Makeup akan mengikut wajah pelanggan saat mereka bergerak dan membuat ekspresi; pelanggan dapat memilih dan mencoba produk-produk serta melihat langsung hasilnya; pelanggan juga dapat mencoba dan membeli di mana saja dan kapan saja. Hasilnya, dalam waktu kurang dari dua tahun, aplikasi tersebut telah diunduh lebih dari 14 juta kali.