Pertumbuhan ekonomi global yang melamban dalam lima tahun terakhir turut mempengaruhi kondisi ekonomi di Tanah Air. Kendati demikian, diprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mampu mencapai 5,1% di 2019 dan 5,2% di 2020.
Tantangan dari gejolak ekonomi global, dikatakan Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja, dapat dijawab dengan memaksimalkan pasar domestik, antara lain dengan mengincar segmen millennial, yang notabene kemampuan berbelanjanya terus bertumbuh.
Enrico meyakini bahwa bertumbuhnya pendapatan dan kemampuan belanja segmen millennial dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Merujuk data Riset Ekonomi UOB Indonesia tentang tingkat pendapatan berbagai segmentasi populasi antara tahun 2010 hingga 2019, pendapatan riil segmen millennial tumbuh sebesar 8,6% per tahun secara tingkat pertumbuhan bertahap (compound annual growth rate). Angka partumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pendapatan antara 3 hingga 5% pada kelompok demografi lainnya.
“Segmen millennial yang berada di usia 20-39 tahun inilah yang akan menjadi pendongkrak ekonomi Indonesia pada sepuluh tahun ke depan,” ucap Enrico pada seminar tahunan UOB Indonesia Economic Outlook yang dihelat pada akhir Agustus ini (28/8), di Jakarta.
Lebih lanjut ia memaparkan, ada empat konsumsi utama para millennial Indonesia. Dan, 50% pendapatan millennial dihabiskan untuk empat jenis konsumsi yang disebut “Gaya Hidup 4S”. Keempat konsumsi itu adalah Sugar (makanan dan minuman), Skin (perawatan tubuh dan kecantikan), Sun (liburan dan hiburan), dan Screen (konsumsi layar digital).
Potensi pasar (gaya hidup) Sugar, diungkapkan Enrico, ditandai dengan tingginya pertumbuhan Food Delivery di Indonesia. Studi “Southeast Asia Transport and Food Delivery Industries” menunjukkan, nilai bisnis industri food delivery di Indonesia mencapai US$ 0,9 miliar pada 2015. Angka itu naik 58% atau menjadi US$ 3,7 miliar pada 2018. Selanjutnya, pada 2025, angkanya diprediksi naik menjadi US$ 14 miliar. Dengan nilai dan pertumbuhan itu, Indonesia menempati peringkat pertama sekaligus mengungguli Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Di gaya hidup Skin, potensi marketnya dapat dilihat dari pertumbuhan yang signifikan pada kategori personal care dan skin care. Di kategori mass beauty and personal care, nilai bisnisnya mencapai US$ 4,4 miliar pada 2018. Disusul kategori skin care yang mencapai US$ 1,7 miliar, kategori premium beauty & personal care US$ 0,4 miliar, dan kategori Men’s Grooming yang mencapai US$ 0,4 miliar.
Potensi lainnya adalah Sun (liburan dan hiburan), yang nilai bisnisnya tercatat sangat seksi. Merujuk studi “Southeast Asia Online Travel Market”, nilai bisnis travel di Indonesia mencapai US$ 5 miliar di 2015 dan naik 20% menjadi US$ 8,6 miliar di 2018. Pada 2025, nilainya diprediksi menjadi US$ 25 miliar. Pertumbuhan dan nilai bisnis itu melampaui negara lainnya di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Page: 1 2
MIX.co.id - Sepanjang 2024, Smartfren telah menggelar rangkaian program corporate social responsibility (CSR) melalui lima…
Isu keberlanjutan kini menjadi fokus global, mendorong perusahaan dan masyarakat untuk menemukan cara yang dapat…
MIX.co.id - Pada kehidupan modern saat ini, berbagai aktivitas manusia sering memberikan dampak buruk terhadap…
Director & Chief Technology Officer Indosat Desmond Cheung, President Director & CEO Indosat Vikram Sinha,…
MIX.co.id - Menyambut liburan akhir tahun, BNI melalui wondr by BNI berbagi tips untuk menikmati…
MIX.co.id - Memanfaatkan momentum Hari Disabilitas Internasional, PT PLN (Persero) berkolaborasi dengan Alunjiva Indonesia menggelar…