Pada penelitian-penelitian terkini yang berkutat sekitar bagaimana perusahaan-perusahaan terjun di dalam mobile marketing, muncul sebuah laporan terbaru. Kali ini mengenai temuan-temuan yang mengecewakan sekitar mobile advertising.
The AdExchanger Research dalam hasil penelitiannya yang bertajuk “Mobile’s Unmet Potential” mengungkapkan bahwa walaupun marketers, pengembang teknologi, dan agensi memiliki visi yang sama mengenai masa depan mobile advertising, tidak ada kesepahaman di antara mereka mengenai bagaimana cara untuk mencapai visi tersebut. Hal itu seperti yang diungkapkan Melissa Parrish, Direktur Eksekutif AdExchanger Research, kepada CMS Wire.
AdExchanger Research menyurvei 542 para profesional mengenai tantangan-tantangan mobile, kekecewaan serta potensi, dan menemukan adanya kesepakatan mengenai ke mana arah mobile advertising seharusnya.
Kebanyakan dari responden menyatakan bahwa dalam lima tahun ke depan, mereka berharap mobile marketing akan menjadi tiga hal. Pertama, Sangat tertarget dan terpersonalisasi. Semua responden menetapkan aspek ini sebagai top of the list, dengan 80 persen marketers dan 78 persen agensi serta pengembang teknologi setuju akan hal itu.
Kedua, Berbeda dengan format online. Survei ini menunjukkan bahwa 68 persen marketers dan 55 persen agensi serta pengembang teknologi percaya bahwa format mobile advertising akan beradaptasi sehingga mampu memanfaatkan kemampuan perangkat mobile serta keunikan dari costumer experience.
Ketiga, Dibeli dan dijual dalam basis premium. Setengah dari agensi dan tenaga profesional di bidang teknologi yang mengikuti survei, dan 48 persen marketers percaya bahwa karena marketers akan menggunakan mobile data dan kemampuan untuk membidik orang yang tepat, mereka akan membayar dengan harga tinggi untuk impresi yang lebih sedikit.
Sementara itu, berdasarkan riset, sepertiga marketers percaya bahwa agensi tidak memiliki cukup pengalaman untuk membuat kampanye mobile yang efektif. Sementara itu, 43 persen agensi dan pengembang teknologi berkata bahwa klien mereka melihat mobile marketing sebagai eksperimen, sehingga budget mereka teralu sedikit untuk mencapai apapun yang sebenarnya menarik. Lebih lanjut lagi, 35 persen agensi dan vendor teknologi berkata bahwa klien mereka tidak memiliki cukup pengalaman di mobile untuk membangun ekspektasi yang realistik terhadap performa program mereka.
Di dalam laporannya, Parrish dan asistennya yang bernama Joanna O' Connell, mengungkapkan empat aksi yang dapat dilakukan oleh marketers untuk dapat memajukan mobile advertising di tahun-tahun selanjutnnya.
Pertama, Mengukur dengan Cara yang Berbeda. “Marketers masih berpegangan pada impresi sebagai matriks utama mereka,” ungkap Parrish. Di dalam mobile, ada banyak data yang bermakna. Para marketers harus mencari dampak terhadap bisnis, dan mengukur hasilnya dibanding hanya dengan menghitung impresi.
Kedua, Rencanakan multiple iterations untuk setiap kampanye mobile. “Sebagaimana para marketers memasuki siklus perencanaan untuk mobile, mereka harus merencanakan setiap inifisatif untuk dapat mencapai multiple iteration,” ungkap Parrish.
Walaupun terdengar mustahil bagi para marketers yang memiliki waktu terbatas, Parrish mengungkapkan bahwa marketers tidak memiliki waktu untuk belajar dari kampanye saat ini dan mengaplikasikannya ke kampanye selanjutnya. Itulah tantangan untuk membenahi siklus planning. Sisihkan waktu untuk siklus mobile ad planning, lihat data, dan gunakan untuk iteration selanjutnya.
Ketiga, Hentikan Kepuasan Semu. “Bagi kebanyakan marketers, mobile seakan merupakan sejenis tempat yang menyeramkan maupun buram,” ungkap Parrish. Beberapa marketers berkata, semuanya baik-baik saja, ayo lanjutkan apa yang telah diperoleh. Itulah kepuasan. Semu. Marketers harus menyadari tentang perasaan puas tersebut dan bergerak menunju hal lain.
Hasil penelitian merekomendasikan para marketers untuk meninjau kembali marketing plans mereka dan mencari area-area yang mana mobile belum teralu dipertimbangkan. “Mobile dapat memberikan channel baru yang pada awalnya tidak tergali oleh para marketers,” ungkap Parrish.
Keempat, Incentivize partners. “Dua pertiga dari para penyedia layanan teknologi berkata bahwa menjual pelayanan dengan basis custom akan membentuk hubungan yang saling menguntungkan,” ungkap Parrish.
Adanya kesetujuan untuk bekerja sama menyelenggarakan press interviews dan memasukan entries award bersama untuk meraih pengakuan kepada vendor merupakan salah satu cara marketers untuk dapat berhemat. Alternatif lainnya adalah kepemilikian teknologi, di mana brand menggunakan teknologi untuk mengembangkan discounted rate, tapi vendor memiliki alamat IP-nya.