Sempat diragukan keefektivannya, kupon untuk promosi penjualan kini marak kembali. Ini terutama belangsung di konsumen kaum ibu. Dalam beberapa tahun terakhir, ada fenomena bahwa para ibu adalah pencari kupon dan promo yang menawarkan pengehmatan belanja lainnya yang aktif.
Ini menarik, sebab dalam era ketika teknologi membimbing ujung jari para ibu, mereka sering acuh tak acuh terhadap tawaran promosi merek atau toko. Tapi dia menyambut baik atau berusaha mencari tawaran yang bisa menghemat belanja mereka.
Laporan eMarketer yang baru, menyebutkan bahwa couponing kini seakan menjadi norma tertentu di kalangan ibu-ibu. Polling Allrecipes.com pada Desember 2013 lalu menemukan bahwa lebih dari tujuh orang diantara 10 orang ibu mengatakan mereka menggunakan potongan kupon ketika berbelanja di toko kelontong, dan lebih dari sepertiga menggunakan kupon atau flier cetak di toko buku.
Kepercayaan terhadap kupon sebagai alat promosi penjualan yang efektif sempat mengalami penurunan. Sebab, dalam beberapa kategori produk, kupon telah sering digunakan sehingga hampir tidak diperhatikan oleh sebagian konsumen sebagai alat promosi.
Sementara itu para pengguna kupon sering menganggap kupon ssebagai potongan harga tetap. Di bawah kondisi demikian, kupon tidak dapat diklasifikasikan sebagai insentif penjualan yang dapat membangun kesetiaan merek dalam jangka panjang.
Studi lainnya menyebutkan bahwa para ibu menggunakan beberapa saluran untuk mengakses kupon. Ketika Womensforum, Desember 2013, meminta ibu menunjukkan asal kupon yang mereka gunakan untuk membeli makanan dan minuman di supermarket, mayoritas mengatakan mengambilnya dari surat kabar/majalah (77,8%), surat edaran dari toko-toko lokal (65,4%) dan iklan online, termasuk di blog (55,1%). Hanya minoritas yang mendapatkan kupon belanja makanan dari situs hemat atau blogger yang membagikan kupon (37,8%).
Sementara itu, para ibu yang khawatir dengan biaya dapat menggunakan smartphone sebagai perangkat untuk menghemat uang. Banyak diantara mereka yang menggunakannya untuk mengakses kupon, membandingkan harga dan menyusun daftar belanja yang bisa mencegah mereka dari pembelian impuls yang mahal.
Ketika BabyCenter pada Juli dan Agustus 2013 meminta ibu pengguna smartphone tentang bagaimana mereka menggunakan perangkat, 72% setuju setidaknya sepakat dengan pernyataan, "Saya selalu menggunakannya untuk mencari penawaran yang bagus."
Kesepakatan yang disampaikan melalui smartphone bisa menjadi suatu panggilan untuk bertindak bagi banyak ibu. Survei yang dilakukan Harris Interactive untuk Placecast pada Mei 2013 menemukan bahwa orang tua yang memiliki ponsel, 46% dari ibu tadi mengatakan bahwa mereka melakukan itu karena promosi atau kupon.
Interaksi ibu dengan merek melalui media sosial memiliki karakter khas. Mereka tidak menolak untuk menghubungkan dengan merek dalam lingkungan tersebut, namun untuk sementara pemasar harus membuatnya bernilai.
Dalam survei BabyCenter yang dilakukan pada Maret 2013 lalu mendapati bahwa diantara ibu dan akan menjadi ibu yang menggunakan jejaring sosial, hampir delapan dari 10 responden mereka menyukai atau mengikuti merek yang memberikan kupon dan diskon. Survei yang sama menemukan, sekitar enam dari 10 mengatakan mereka melakukan pembelian karena merek telah memposting kupon atau penawaran lain melalui situs sosial.