Hari ini anak-anak kian memiliki kemandirian dalam membuat keputusan mereka dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka bisa mempengaruhi orangtua mereka untuk membeli apa yang mereka sukai. Kemampuan anak-anak untuk mempengaruhi orang tua mereka untuk membeli sesuatu yang mereka tidak dapat membeli dalam beberapa kondisi lain ini disebut sebagai pester power.
Dalam kondisi seperti itu, pemasar kini berusaha untuk meningkatkan daya mengganggu karena mereka tahu benar kekuatan kekuasaan ini. Di sisi lain, dengan meningkatkan makin banyaknya kelas menengah di Indonesia, makin banyak orang tua yang bersedia menghabiskan uang mereka untuk anak-anaknya. Apalagi dengan makin banyaknya keluarga kecil dan orang tua berpendapatan ganda.
Pemasar berusaha keras menangkap perhatian anak-anak melalui berbagai macam cara seperti iklan, promosi penjualan, dan hadiah. Tapi di sisi lain, banyak anak-anak yang tidak dapat memahami makna dari iklan. Karena itu, tidak sedikit perusahaan yang memanfaatkan karakter kartun demi membangun dan mendorong penjualannya di pasar.
"Menggunakan brand kartun memang menjadi part of strategy kami untuk meningkatkan sales lebih cepat."
Ambil contoh PT Trisinar Indopratama – produsen kemasan plastik bermerek Technoplast. Menurut Marketing Manager PT Trisinar Indopratama (Technoplast) Sophan Supandi, penggunaan karakter kartun dalam produk-produknya sangat efektif menggenjot penjualan. Menurutnya, sesuai dengan target pasar di usia 4-13 tahun, Technoplast memang memanfaatkan sejumlah karakter kartun dalam produk-produk households-nya, antara lain botol minum (tumbler) dan tempat makanan, school box, hingga celengan.
"Menggunakan brand kartun memang menjadi part of strategy kami untuk meningkatkan sales lebih cepat dan bisa lebih cepat diterima di pasar. Kalau kami menciptakan brand baru, bisa saja, tapi itu butuh waktu untuk bisa dikenal pasar. Jadi, penggunaan brand-brand kartun ini adalah strategi yang paling cepat untuk melakukan direct sell ke pasar," papar Sophan yang ditemui kemarin (27/2), di Jakarta.
Ia mengatakan, konsumen, secara khusus anak-anak, sangat aware dengan brand-brand kartun. Sering kali, lanjutnya, ketika membeli, konsumen tidak melihat produknya tapi justru brand karakter itu yang menjadi daya tarik. "Sehingga, tidak heran kalau anak-anak akan sangat mampu meminta dan memengaruhi keputusan orang tuanya untuk melakukan pembelian sebuah produk," ungkap Sophan.
Sebagai produk yang 80 persen produknya mengincar target market anak-anak di usia 4-12 thn dan di segmen C hingga B+, Technoplast juga melakukan seleksi brand kartun untuk produk-produknya. Untuk segmen anak perempuan, Technoplast menggunakan brand Hello Kitty, Barbie, dan Princess. Sementara untuk anak laki-laki --termasuk unisex--, saat ini Angry Birds yang sedang booming.
"Sejauh ini kami berupaya memenuhi apa yang sedang diinginkan pasar --khususnya anak-anak--, itu yang kami buat. Seperti misalnya Angry Birds, salah satu brand kartun yang saat ini sedang 'kuat' dan dicari anak-anak. Jadi apapun yang lagi booming di pasar, kami langsung membuatnya," ujar Sophan.
Sejalan dengan penggunaan brand kartun, Technoplast pun membeli lisensi beberapa brand lewat agen pemegang lisensi brand kartun asal Jepang San Rio. Sudah beberapa tahun ini Technoplast menggunakan brand Hello Kitty versi KISS untuk beberapa produknya. "Kami sudah bekerja sama dengan San Rio beberapa tahun belakangan ini. Kami cukup puas dengan hasilnya, karena memang untuk brand Hello Kitty dan Hello Kitty Kiss, memiliki banyak penggemar di Tanah Air."
Agar lebih meningkatkan penjualan, Technoplast terus berupaya menambah segmen, varian, variasi, termasuk warna dan desain jenis produk kami. "Yang jelas, kami fokus dan kuat di segmen produk botol minum sekolah anak," kata Sophan optimis.
Terakhir, ia juga menyebutkan dua faktor utama yang jadi penentu suksesnya menggunakan brand kartun sebagai strategi mendongkrak penjualan. "Pertama, pastikan cocok tidaknya menggunakan brand kartun pada produk Anda. Semakin tinggi rating karakternya di market, makin mudah diterima pasar. Kedua, harus aware karakter-karakter apa saja yang lagi laku di pasaran. Dua hal tersebut merupakan strategi jangka pendek untuk meningkatkan penjualan produk," tutup Sophan.