Jangan pernah memanfaatkan website atau situs perusahaan sebagai tools penjualan produk atau layanan Anda, melalui ikon social media di layar sudut kanan atas website. Jika hal itu tetap dilakukan marketers, maka langkah itulah yang paling mungkin “menyakiti” bisnis Anda.
Mengapa? Menurut CEO Bounce Exchange Ryan Urban, seperti yang dikutip dari www.entrepreneur.com, upaya seperti itu harus segera ditinggalkan. Bahkan, ia menyarankan untuk segera menghapusnya segera. “Membuat website Anda terlihat lebih sosial, terutama dengan mengandalkan social media secara organik, tidak akan meningkatkan penjualan Anda. Sebaliknya, hal itu akan mematikan Gen Y, baby boomers, dan pelanggan lawas Anda. Paling parah, merek Anda akan makin tidak disukai sekaligus memicu orang untuk meninggalkan website Anda,” yakin Ryan.
Ada banyak alasan mengapa Ryan berani mengatakan itu. Berikut lima alasan mengapa website haram memanfaatkan social media untuk dijadikan tools penjualan.
Ikon Social Media Dinilai Mengganggu
Setelah menganalisis ratusan ribu pembelanja online, tim riset Bounce menemukan fakta, sekitar 91,6 persen orang yang pernah mengunjungi situs e-commerce lewat icon social media memilih meninggalkan situs tersebut tanpa pernah menambahkan item ke keranjang belanja mereka. Dari mereka yang telah menempatkan item dalam keranjang belanja, 68,4 persen memilih tidak membelinya.
Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk membuat fokus para pembelanja, yakni fokus pada tombol hitting dan pembelian. Bukan pada ikon social media. Setelah mereka membeli item produk Anda, jangan ragu untuk bertanya jika mereka ingin mengikuti perusahaan Anda di saluran media sosial. Ingat, hal itu dilakukan hanya setelah mereka berbelanja.
Media Sosial akan Mematikan Pelanggan Baru
Hal terburuk yang dapat Anda lakukan adalah meminta pengunjung situs baru untuk mengikuti Anda di media sosial. Bagaimana mereka bisa memvalidasi merek Anda jika mereka belum pernah bertemu Anda? Berfikirlah bahwa kunjungan pertama mereka ke situs Anda seperti kencan pertama. Anda tentu berharap kencan itu akan berulang, bahkan menjadi hot dates. Ibaratnya, maukah Anda menerima permintaan pertemanan dari orang asing yang Anda belum kenal melalui facebook? Lantas, mengapa Anda harus menjadikan merek Anda sebagai merek asing atau aneh, hanya dengan mengajak audience mengunjungi social media?
Social Media yang Buruk Adalah Sales Killer
Merek yang menempatkan ikon share media sosial di samping produk sama saja telah bermain api. Apalagi, jika produk mereka tidak mendapatkan banyak keterlibatan sosial. Tidak ada yang ingin membeli sepasang sepatu seharga US$ 300 hanya dengan tiga orang yang menyukai di Facebook atau Tweeter. Mereka baru berniat membeli jika ada 1,5 K orang yang menyukainya atau memberikan tombol like. Oleh karena itu, jangan pernah menempatkan ikon share social media di website penjualan Anda jika perfroma social media Anda buruk, alias minus.
Twitter adalah Tools Belanja yang Paling Lemah
Fakta lain yang dijumpai adalah pengunjung terbaru Anda tidak akan men-tweet halaman produk Anda. Mengapa? Karena, mereka memang tidak mau melakukannya. Riset Bounce tentang transaksi di situs ritel telah membuktikannya. Sekadar meminta pengunjung untuk men-tweet dari website Anda, maka Twitter tidak mampu mendorong orang lain ke situs web Anda untuk membeli. Kecuali, Twitter mau mengemasnya menjadi produk iklannya, menggunakannya untuk menciptakan percakapan dengan para pelanggan setia, dan men-share-nya sebagai sebuah berita.
Tidak Semua Social Media Buruk
Merek yang memanfaatkan media sosial “berbayar” untuk mengarahkan lalu lintas ke situs mereka, umumnya mendapatkan hasil yang baik. Terutama, di Facebook untuk segmen B2C (Business to Consumer) dan LinkedIn untuk B2B (Business to Business). Mengapa? Sebab, khalayak yang tepat ditambah dengan pesan yang tepat, akan menjadi sebuah “pot emas”. Terlebih, jika Anda melakukan re-targeting.
Oleh karena itu, fokuslah pada dua hal penting. Pertama, menggunakan saluran yang kuat untuk mengarahkan lalu lintas ke situs Anda. Kedua, mengalokasikan situs Anda untuk memaksimalkan email conversions. Gunakan email, pencarian berbayar, iklan facebook berbayar, bahkan direct mail, untuk mendorong pengunjung mengunjungi situs Anda. Pastikan juga bahwa Anda terus menguji secara kontinyu antara pengunjung baru dengan pengunjung yang sudah loyal. Fokuslah menampilkan hal-hal yang memang pengunjung Anda ingin lakukan. Selain itu, tonjolkan tampilan pada penjual terbaik (the best seller), transaksi terakhir (the latest deal), dan inventori terbaru (the new inventory).