Headline

MEMBALIKKAN TREN: STRATEGI MENINGKATKAN KETERLIBATAN KARYAWAN DI ERA HYBRID WORK

Menghadapi tantangan penurunan keterlibatan karyawan, organisasi dituntut untuk mengubah pendekatan mereka dalam mengelola karyawan. Dalam era kerja hybrid seperti sekarang, meningkatkan keterlibatan karyawan bukan hanya soal mempertahankan produktivitas, tetapi juga membangun budaya kerja yang inklusif dan mempromosikan pertumbuhan dan pengembangan individu.

Meredanya api semangat kerja karyawan di Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir menandakan krisis yang tidak boleh diabaikan. Laporan Gallup menggambarkan kondisi yang semakin memprihatinkan, dengan rasio karyawan yang penuh semangat (engaged employees) dengan yang secara aktif merasa alienasi menyusut drastis, dari 2,6:1 pada 2020 menjadi hanya 1,8:1 pada 2022. Ini bukanlah situasi yang bisa dibiarkan berlarut-larut.

“Engaged employees” merujuk pada karyawan yang terlibat secara aktif dan antusias dalam pekerjaan mereka. Mereka biasanya merasa terhubung dengan misi dan tujuan organisasi, memiliki harapan yang jelas mengenai peran mereka, dan merasa dihargai di tempat kerja.

Di sisi lain, “karyawan yang secara aktif merasa alienasi” atau “actively disengaged employees” merujuk pada karyawan yang tidak merasa terhubung atau termotivasi oleh pekerjaan mereka. Mereka sering kali merasa tidak puas dan bisa saja menunjukkan perilaku negatif yang dapat berdampak pada kolega dan produktivitas kerja secara umum.

Dampak Penurunan Employee Engagement

Mereka juga mungkin merasa bahwa kebutuhan kerja mereka tidak terpenuhi, yang bisa mencakup faktor-faktor seperti kejelasan harapan, peluang untuk belajar dan tumbuh, dan perasaan dihargai di tempat kerja.

Dengan kata lain, angka ini menunjukkan penurunan yang cukup drastis dalam sekitar dua tahun. Sejumlah faktor berkontribusi pada penurunan ini, termasuk kurangnya kejelasan harapan, kesempatan untuk belajar dan berkembang, serta merasa dihargai di tempat kerja.

Sebagai respons atas penurunan ini, organisasi harus berupaya untuk mengurangi tingkat ketidakpuasan karyawan dan meningkatkan tingkat keterlibatan mereka. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan meningkatkan transparansi dan komunikasi antara manajemen dan karyawan. Manajemen harus menjelaskan dengan jelas apa yang diharapkan dari karyawan, serta memberikan feedback yang konstruktif dan bermanfaat.

Kurangnya peluang untuk belajar dan berkembang juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi keterlibatan karyawan. Organisasi harus menyediakan lebih banyak peluang bagi karyawan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka, baik melalui pelatihan formal maupun melalui pengalaman kerja yang berarti.

Merasa dihargai di tempat kerja juga sangat penting untuk keterlibatan karyawan. Manajemen harus menunjukkan apresiasi atas kontribusi karyawan dan memastikan bahwa mereka merasa dihargai. Ini dapat dilakukan melalui pengakuan formal, seperti penghargaan dan bonus, atau melalui interaksi interpersonal yang lebih informal, seperti pujian dan ucapan terima kasih.

Namun, harus dicatat bahwa peningkatan keterlibatan karyawan bukanlah tugas yang mudah. Ini memerlukan perubahan budaya organisasi dan pendekatan manajemen yang lebih inklusif dan partisipatif. Tantangannya adalah bagaimana menerapkan perubahan ini dalam praktik sehari-hari dan memastikan bahwa mereka diterima dan diterapkan oleh semua orang di organisasi.

Untuk itu, manajemen perlu memastikan bahwa mereka memiliki alat dan sumber daya yang tepat untuk mendukung upaya ini. Ini mungkin termasuk pelatihan manajemen, program pengembangan kepemimpinan, serta sistem pengukuran dan pelaporan yang efektif.

Terakhir, adalah penting bagi organisasi untuk memahami bahwa keterlibatan karyawan bukanlah tujuan akhir, tetapi lebih merupakan sarana untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih besar. Dengan kata lain, keterlibatan karyawan harus dipandang sebagai bagian integral dari strategi bisnis organisasi, bukan hanya sebagai inisiatif HR yang terpisah.

Meskipun penurunan keterlibatan karyawan dalam beberapa tahun terakhir tentu mengkhawatirkan, bukan berarti situasi ini tidak bisa diperbaiki. Dengan pendekatan yang tepat dan komitmen yang kuat dari manajemen, organisasi dapat mengubah tren ini dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih menggairahkan dan produktif bagi karyawan mereka.

Edhy Aruman

Edhy Aruman - Wartawan Utama (2868-PWI/WU/DP/VI/2012...), pernah menjadi redaktur di majalah SWA. Sebelum di Swa, Aruman pernah meniti karier kewartawanan di harian Jawa Pos, Berita Buana, majalah Prospek, Harian Republika dan editor eksekutif di Liputan 6 SCTV, sebelum pindah ke SWA (http://www.detik.com/berita/199902/990212-1319.html). Lulus S3 Komunikasi IPB, Redaktur Senior Majalah MIX, dosen PR FISIP UI, dosen riset STIKOM LSPR Jakarta, dan salah satu ketua BPP Perhumas periode 2011-2014.

Recent Posts

Jelang Liburan Musim Panas, Vietjet Gelar Program Promo untuk Pelanggan dan Wisatawan

MIX.co.id - Memasuki liburan musim panas, Vietjet menghadirkan program consumer promo untuk para pelanggan loyal…

2 hours ago

Grand Rakata Residence Hadirkan Klaster Premium Bergaya Skandinavia

MIX.co.id - Pengembang perumahan di kota Cilegon-Banten yang merupakan unit bisnis dari PT Krakatau Sarana…

2 hours ago

Taiwan Expo 2024 Pamerkan Produk Premium Inovatif

MIX.co.id – Taiwan Expo 2024 kembali digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat,…

3 hours ago

Viessmann Luncurkan Vitopure S2-2G, Solusi Atasi Air Tercemar

MIX.co.id – Kasus pencemaran air masih banyak ditemui di sejumlah wilayah Tanah Air. Kondisi ini…

4 hours ago

Grab Business Forum 2024: Bahas Solusi untuk Genjot Produktivitas Bisnis hingga Efisiensi Operasional Perusahaan

Memasuki tahun kelima, Grab Business Forum 2024 hadirkan Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Suahasil Nazara…

13 hours ago

Crane Lounge Jakarta Manjakan Pelanggan Lewat Layanan One Stop Solution

MIX.co.id – Crane Lounge Jakarta, lounge ternama yang berlokasi di kawasan Jakarta Utara, menggelar mini…

16 hours ago