Di saat krisis menerpa perusahaan, maka media menjadi salah satu stakeholder kunci yang wajib “dilayani” oleh Tim Public Relations (PR). Lantaran, sampai saat ini media masih dianggap publik sebagai pihak yang independen sekaligus terpercaya dalam mengkomunikasikan setiap perkembangan terkini seputar krisis yang dialami perusahaan.
Oleh karena itu, lewat tangan PR, penting bagi perusahaan memiliki hubungan baik dengan media—baik perusahaan dalam kondisi normal maupun tengah menghadapi krisis. Pentingnya Media Relationship Strategy sepertinya disadari betul oleh tim PR AirAsia Indonesia.
Sebelum menghadapi krisis jatuhnya pesawat QZ8501 rute Surabaya-Singapura, dinilai Wartawan Senior Harian Suara Merdeka Budi Nugaraha, tim PR AirAsia Indonesia cukup dekat dengan media. Bahkan, jika dibandingkan dengan maskapai penerbangan low cost carrier lainnya di Tanah Air, tim PR AirAsia Indonesia tergolong lebih akrab dengan media, jauh lebih relationship, dan tidak tertutup.
Di mata Budi, media relationship strategy yang dilancarkan Tim PR AirAsia sama baiknya seperti yang dilakukan oleh Tim PR Garuda Indonesia. “Jika ditanya, apakah saat ini tim PR AirAsia lebih tertutup, saya kira tidak juga. Itu hanya sebagai langkah hati-hati mereka dalam menghadapi krisis. Dan, itu wajar saja,” ungkap Budi, yang banyak meliput isu seputar industri penerbangan di Indonesia.
Sayangnya, hubungan dengan media terkait krisis yang tengah dihadapi, tercatat normatif. Artinya, ditambahkan Budi, peran PR AirAsia hanya terkonsentrasi untuk membuat rilis perihal pencarian pesawat, perawatan jenazah, identifikasi, dan publikasi.
Dalam rilis yang dikirim kepada media pada 5 Januari 2015 misalnya, materi masih seputar kegiatan evakuasi korban kecelakaan pesawat AirAsia. Pada rilis tersebut, PR AirAsia juga mengirimkan catatan kepada editor bahwa diharapkan rekan media tidak menghubungi nomor AirAsia Emergency Call Center, mengingat nomor tersebut hanya diperuntukkan bagi keluarga dan kerabat penumpang pesawat. “Rekan-rekan media dapat menghubungi media center kami di nomor +622129270831,” demikian catatan yang tertera dalam rilis yang dikirim PR AIrAsia. Pada kesempatan itu, dicantumkan juga nama, nomor ponsel, dan alamat email Communication AirAsia Indonesia yang dapat dihubungi.
“Tim PR AirAsia rutin mengirim rilis up-date terkini tentang insiden hampir setiap hari. Tidak ada yang menonjol dari peran PR AirAsia, selain mengirim rilis kepada media. Kelihatannya, mereka memang sangat berhati-hati untuk kasus ini,” nilai Budi.
Senada dengan Budi, Wartawan Senior Harian Analisa Medan Sutrisno, juga menuturkan bahwa sejauh ini peran PR AirAsia hanya tercatat aktif dalam mengirim rilis perkembangan terkini seputar kasus jatuhnya pesawat. “Bahkan, materi rilis yang disampaikan terhitung 'basi'. Sebab, materi yang disampaikan seputar bagaimana kegiatan evakuasi jenazah, jumlah jenazah yang ditemukan, dan sebagainya. Di mana, semua informasi itu sudah didapat dari wartawan yang liputan langsung di lapangan,” katanya.
Menurut Sutrisno, seharusnya PR AirAsia justru mengirim rilis yang materinya tidak sama persis dengan apa yang disampaikan BASARNAS (Badan SAR Nasional) pada saat di lapangan maupun di press conference. “Kami berharap AirAsia justru fokus pada penanganan dan tanggung jawabnya kepada pihak keluarga korban. Misalnya soal asuransi, yang sampai saat ini tidak pernah disinggung oleh PR AirAsia. Kecuali ada wartawan yang menanyakan hal itu. Itu pun kami harus menunggu jawaban dari spoke person AirAsia yang berkompeten menjawabnya,” harap Sutrisno.
Harapan serupa juga disampaikan Budi. Diungkapkan Budi, “Kami berharap tim PR AirAsia tetap bekerja serius sesuai koridor. Artinya, mereka tetap konsisten mempublikasikan semua hal terkait insiden. Mulai dari isu asuransi, perkembangan rute, langkah recovery, dan sebagainya. Tentu saja, mereka harus tetap terbuka dan kooperatif dengan media.”
