Heboh penghasilan selangit menjadi sopir GO-JEK dan GrabBike membuat banyak orang kepincut untuk pindah profesi. Namun, tak sedikit masyarakat bertanya-tanya, bagaiamana profesi ojek dengan bergabung di GO-JEK maupun GrabBike bisa memperoleh penghasilan puluhan juta dalam sebulan. Bahkan, angka penghasilannya bisa lebih fantastis, lebih dari Rp 1 juta setiap harinya, jika sang sopir getol mau mengantarkan penumpang berjarak jauh dan full 24 jam non stop tak mematikan aplikasi mobile-nya demi menjawab permintaan penumpang untuk diantarkan ke lokasi tujuan.
Demi menjawab rasa penasaran publik dan juga rasa penasaran saya, saya pun mencoba menggunakan GrabBike saat liputan menuju daerah Kuningan, Jakarta. Kali ini, saya ingin membuktikan kehebohan pendapatan yang menggiurkan dari sopir GO-JEK maupun GrabBike. Apakah kehebohan itu memang fakta atau sekadar strategi kominikasi dari pengelola brand GO-JEK dan GrabBike. Di samping itu, saya juga ingin mencicipi tarif promo GrabBike yang hanya Rp 5 ribu perak ke mana saja atau GO-JEK yang membandrol tarif Rp 15 ribu hingga akhir Agustus ini.
Sambil menumpang pak sopir GrabBike pada 21 Agustus siang, saya pun menanyakan penghasilan pak Anton, sopir GrabBike yang mengantarkan saya dari stasiun Manggarai menuju derah Kuningan. Menurut Anton, dalam sehari ia mengambil 10 penumpang. Tarif satu penumpang minimal Rp 25 ribu, yang sudah ia terima dari pihak GrabBike. Itu artinya, total penghasilan Anton selama satu hari, Rp 250 ribu. Dalam sebulan (30 hari), Anton mengantongi pendapatan Rp 7,5 juta.
"Itu belum termasuk bonus yang bisa saya terima dalam seminggu jika saya mencapai kilometer yang ditetapkan perusahaan. Seminggu bonusnya Rp 650 ribu lebih," aku Anton. Anggap saja bonus per minggu sekitar Rp 650 ribu. Maka, dalam sebulan (4 minggu), Anton sudah memperoleh bonus Rp 2,6 juta.
Itu artinya, total sebulan pendapatan yang diperoleh Anton mencapai Rp 10 juta lebih. Itu belum termasuk tips yang diperoleh Anton dari penumpang. Maklum saja, tipe penumpang orang Indonesia tidak tega memberikan uang sesuai tarif yang murah. Apalagi, jarak tempuhnya sangat jauh. Begitu ucapan teman-teman liputan dan teman kantor yang biasa menggunakan GO-JEK maupun GrabBike.
Anggap saja tips minimal yang diberikan per penumpang kepada Anton, rata-rata Rp 5 ribu perak. Kalau sehari Anton mengantarkan 10 penumpang, maka dalam sebulan (30 hari), Anton sudah mengantarkan 300 penumpang, alias Rp 1,5 juta menjadi penghasilan Anton dari tips penumpang. Itu artinya, sebulan Anton sudah mengantongi total penghasilan Rp 11,5 juta.
Tak heran, menurut cerita Anton, jika Ketua Pangkalan Ojek di Stasiun Manggarai memilih untuk melepas jabatannya. Dan, memutuskan untuk bergabung full dengan salah satu ojek aplikasi itu. "Dia (mantan ketua pangkalan ojek Stasiun Manggarai--red) akhirnya melepas status ketuanya yang sudah dipegang lama," kata Anton.
Lantas, bagaimana dengan GO-JEK? Tak mau kalah dengan GrabBike, Agus yang office boy di sebuah apartemen di Kuningan, Jakarta, memutuskan untuk menyambi menjadi sopir GO-JEK. Dalam lima hari, ia sudah memperoleh pendapatan Rp 1,2 juta. Dalam sehari, Agus sudah memperoleh Rp 240 ribu dengan total 5-7 penumpang. "Tarif minimal per penumpang untuk naik GO-JEK Rp 25 ribu. Meski masa promosi, saya tetap dibayar full oleh pihak GO-JEK. Kebetulan, penumpang yang saya antarkan rata-rata tarifnya Rp 40-Rp 50 ribu," kata Agus.
Jika Agus dalam lima hari memperoleh pendapatan Rp 1,5 juta, maka dalam 30 hari (sebulan), Agus telah mengantongi Rp 7,2 juta di nomor rekening GO-JEK miliknya. Itu belum termasuk tips dari penumpang dan bonus dari pihak GO-JEK. "Bonus yang saya terima dihitung berdasarkan point. Untuk satu layanan transport dan kurir, saya dapat satu point. Tapi, kalau saya ambil layanan Go Food atau Shopping, saya bisa dapat 2 point. Untuk 10 point yang terkumpul, saya dapat bonus Rp 50 ribu," terang Agus.
Anggap saja tips yang diterima Agus per penumpang minimal Rp 5 ribu. Maka, jika sehari ia mengantarkan minimal 5 penumpang, dalam sebulan tips penumpang yang diterima Agus mencapai Rp 750 ribu. Sementara bonus yang diterima dari 150 point (150 penumpang dalam 1 bulan sama dengan 150 point), mencapai Rp 750 ribu (hasil dari 150 point dibagi 10 point, dikali Rp 50 ribu).
Itu artinya, dengan menjadi sopir part time di GO-JEK, Agus memperoleh pendapatan tambahan sebesar Rp 8,7 juta (Rp 7,2 juta hasil dari antar penumpang plus tips penumpang dan bonus dari GO-JEK yang masing masing mencapai Rp 750 ribu). "Itu makanya, saya sedang menimbang-nimbang apakah saya akan melepas pekerjaan office boy dan bekerja penuh jadi sopir GO-JEK. Sebab, teman saya yang full jadi sopir GO-JEK bisa dapat lebih dari satu juta per harinya," Agus mengaku.
Namun, perlu diingat, antusiasme orang Indonesia menggunakan jasa GO-JEK dan GrabBike boleh jadi karena iming-iming tarif yang super murah. Apakah antusiasme masih akan berlanjut jika gimmick tarif sudah tidak ada? Apakah juga pendapatan para sopirnya juga akan sefantastis pada saat tarif promo berlaku? Kita lihat saja nanti.
1 thought on “Pendapatan Sopir GO-JEK dan GrabBike Tembus Puluhan Juta, Strategi Komunikasi Atau Fakta?”