Percayalah, Iklan masih Penting

mobile advertising

Bekerjasama dengan TNS Online dan Blibli.com (portal belanja online), Google menggelar survei perilaku belanja online Indonesia yang melibatkan 1.300 responden dan dilakukan di 12 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Makassar, Medan, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Denpasar, serta Manado).

Satu dari dua pengguna internet di Indonesia yang belum pernah berbelanja online mengaku akan mencoba melakukannya dalam 12 bulan ke depan. “Tentu ini potensi bisnis yang sangat besar,” kata Country Head Google Indonesia Rudy Ramaway, pada awal April lalu, mengomentari data hasil survei Google di Indonesia.
Menurut Rudy, sebelumnya tidak ada survei yang merinci lebih detil mengenai perilaku konsumen di ranah online shopping. Padahal, sambung Rudy, industri yang booming sejak 2009 itu potensi pasarnya sangat besar dan terus growing. “Patokannya pengguna internet dan transaksi pembelian barang melalui internet yang meningkat,” katanya. “Kita hanya ingin memperlihatkan lewat survei ini bahwa di Indonesia industri ini sangat menjanjikan dan masih banyak kesempatan jika kita bisa mempelajari karakter dari konsumen online itu sendiri,” imbuh Rudi kepada reporter MIX.
Bekerjasama dengan TNS Online dan Blibli.com (portal belanja online), survei ini melibatkan 1.300 responden dan dilakukan di 12 kota besar di Indonesia yang meliputi kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Makassar, Medan, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Denpasar, serta Manado. Rentang usia responden berada di 18-50 tahun dengan gender laki-laki dan perempuan.
Survei yang dilakukan pada medio Februari 2014 tersebut juga menunjukkan bahwa komoditi apparel, fashion dan aksesoris, merupakan item produk pertama yang akan dibeli secara online oleh konsumen. “Khususnya pakaian, dua dari lima orang Indonesia yang sudah online namun belum pernah berbelanja online, akan mempertimbangkan untuk membeli pakaian secara online,” terangnya.
Survei itu juga mencatat bahwa item pakaian dibeli dua kali lebih sering daripada ponsel atau produk elektronik. “Rata-rata persentase pembelian per bulan sekitar 51% untuk pakaian, 19% untuk ponsel dan 14% untuk elektronik,” kata Rudi.
Namun dari sisi nilai pembeliannya, menurut Rudy, rata-rata alokasi untuk pakaian hanya seperempatnya. Nilai rata-rata pembelian untuk item pakaian hanya sekitar Rp 602.253, untuk item ponsel sekitar Rp 2.419.762, dan item elektronik berada di angka Rp 3.605.657.
Tingkat kesadaran konsumen Indonesia untuk menggunakan online shopping sebagai sarana belanja di era digital ini menunjukkan perubahan perilaku konsumen Indonesia. “Dalam hal ini budaya konsumen tradisional yang gemar menyentuh barang terlebih dulu mulai berubah, bergerak ke arah digital—yang tidak membutuhkan sentuhan.” Hal ini, katanya, terjadi karena di beberapa tempat konsumen mulai sulit meluangkan waktu karena alasan pekerjaan, kemacetan, dan lainnya. Sementara budaya belanja online, kata Rudy, dapat mempersingkat waktu dan menyediakan informasi yang dibutuhkan dengan cepat.
Senada dengan Rudy, CEO Blibli.com Kusumo Martanto pada kesempatan yang sama mengatakan bahwa potensi online shopping tidak bisa dibantah akan mengalami peningkatan signifikan setiap tahun. “Growth di bisnis ini sekitar 30%-50%, sedangkan bisnis Blibli.com yang telah masuk tahun ketiga, pertumbuhannya 30 kali lebih besar setiap tahunnya. Hal itu bisa terlihat dari traffic, jumlah member, nilai transaksi, revenue, dan lainnya,” sahut Kusumo.
Tingginya growth di industri ini pun tidak lepas dari kontribusi iklan, tegas Kusumo. Tidak hanya karena iklan di TV Commercial (TVC), iklan online pun, katanya, mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Survei menyebutkan bahwa sebanyak 79% responden langsung berbelanja online setelah melihat iklan online. Sementara 85% responden menyatakan mencari informasi seputar produk itu dulu setelah melihat iklannya. Rudy meyakini bahwa konsumen online mudah melakukan tindakan pencarian informasi produk—karena banyaknya portal belanja online—sehingga eksekusi pembelian produk pun bisa dilakukan dengan lebih cepat.
Menurut Rudi, pembelanja online sering melakukan riset produk melalui search engine (41%) dan jejaring sosial (37%). Sementara itu 20% konsumen mengunjungi situs retailer atau toko, 14% lainnya mengunjungi portal berita atau majalah untuk dapatkan referensi, blog forum atau message board, e-mail dan newsletter, dan situs perbandingan produk.
“Riset produk yang dilakukan oleh konsumen online kini lebih mudah dilakukan secara mobile dengan perangkat smartphone, hal itu lumrah dilakukan karena kita tahu di beberapa kota besar kemacetan dan waktu yang terbatas untuk membandingkan produk di satu tempat dengan tempat lain jadi masalah. Karena itu, dengan banyaknya akses ke internet, memudahkan mereka (konsumen online) untuk mencari informasi yang dibutuhkan sebelum melakukan proses pembelian,” papar Rudy.
Potensi pertumbuhan bisnis online shopping sangat besar seiring pertumbuhan internet dan penetrasi pasar smartphone. “Biasanya banyak dari konsumen akan melakukan proses pencarian lewat smartphone mereka, membandingkan harga, atau bahkan mencari barang yang spesifik dan informasi tentangnya lewat smartphone dan rata-rata baru akan melakukan pembelian menggunakan Personal Computer (PC),” ucap Rudy.
Rudy juga menjelaskan bahwa konsumen yang sudah terkoneksi dengan internet kini cenderung memilih barang tidak lagi berdasarkan harga. Karakternya memang tidak seperti kebanyakan konsumen Indonesia, namun melihat perkembangannnya, konsumen digital lebih menyukai efisiensi waktu mereka dalam membeli barang dengan menggunakan online shopping, pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)