MasterCard baru saja merilis hasil riset perilaku berbelanja konsumen di 14 negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia di dalamnya. Hasil Riset MasterCard tersebut diperoleh dari interview yang dilaksanakan sejak Oktober hingga Desember 2014 terhadap 500 orang berusia 18-64 tahun.
Faktor-Faktor dalam Membeli Barang
Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa dibandingkan negara maju ternyata konsumen di negara berkembang di Asia Pasifik lebih cenderung memilih produk berdasarkan apakah produk tersebut dianggap memiliki tanggung jawab sosial, alias apakah perusahaan yang memproduksi produk tersebut telah melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR).
Dari tiga faktor yang menentukan pembelian sebuah produk—yakni, ramah lingkungan, saling menguntungkan kepada kedua belah pihak, dan sebagian dari penjualan disumbangkan untuk tujuan yang baik—konsumen Indonesia menempati posisi pertama, dengan raihan 78,7%. Selanjutnya, diikuti oleh China 73,8%, Malaysia 73,8%, dan Thailand 73,6%. Sementara itu, pembelian untuk produk yang memiliki tanggung jawab sosial paling rendah ada di Australia 29,2%, Selandia Baru 33,6%, dan Hongkong 37,8%.
Kecenderungan Membeli dari Merchant yang Berbeda
Riset tersebut juga mengungkapkan bahwa lebih dari setengah (56,6%) pembeli di Asia Pasifik cenderung membeli sebuah produk dengan memperhatikan faktor etika. Dengan rincian, 58,7% rata-rata konsumen di Asia Pasifik mempertimbangkan faktor ramah lingkungan dalam pembelian produk, 64,0% mempertimbangkan faktor yang menguntungkan kedua belah pihak (pembeli dan penjual) dalam melakukan pembelian, serta 47,0% mempertimbangkan penjualan untuk didonasikan pada tujuan yang baik ketika akan belanja produk.
Konsumen di Jepang (20,9%) paling rendah dalam mempertimbangkan apakah merchant berdagang secara etika ketika sedang berbelanja, diikuti dengan konsumen di Korea (28,8%) dan Hong Kong (29,9%). Permasalahan etika yang paling penting bagi para pembeli ketika memilih lokasi pembelian adalah apakah merchant memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan (46,5%).
Georgette Tan, Group Head, Communication, Asia/Pacific mengatakan, “Orang-orang di negara berkembang semakin peduli terhadap dampak dari pertumbuhan yang cepat di lingkungan dan masyarakat. Tidak mengherankan bahwa mereka cenderung untuk berpikir mengenai supply chain dan faktor etika dari pedagang ketika memutuskan apa yang dibeli dan lokasi dimana melakukan pembelian.”