Bayangkan suatu hari ini, ada pelanggan berusia 25 tahun berbelanja baju baru di toko Anda. Proses keputusannya biasanya terlihat seperti ini:
Awalnya, katakanlah dia memang sudah meminati suatu produk atau merek busana. Ketika datang ke toko Anda, dia melihat merek itu di pajangan toko Anda.
Dia bertanya ke staf penjualan tentang produk yang diminati itu. Dia mendapat masukan dari staf penjualan Anda. Akan tetapi, seperti rata-rata pembelanja ragu-ragu, dia tidak akan membuat keputusan penting ini tanpa mengumpulkan pendapat dari orang-orang terdekatnya yang pendapatnya mempengaruhi keputusan pembeliannya.
Jadi dia mengirim pesan melalui WhatsApp, BBM atau tool social media lainnya ke beberapa teman dan ibunya selfie dengan pose mengenakan gaun yang ingin dia beli. Mereka segera memberinya umpan balik yang membantu dia memutuskan bahwa gaun yang harus dia beli atau tidak dia beli! Dengan demikian, hal ini telah membuat pengalaman berbelanja yang sosial.
Berbelanja untuk pakaian telah menjadi kegiatan interaktif yang semakin lebih sosial. Dengan kemajuan teknologi, perangkat mobile telah menciptakan sebuah lingkungan di mana orang-orang yang selalu terhubung dengan siapa mereka inginkan, ketika mereka ingin.
Sekarang, tidak hanya konsumen menginginkan hubungan ini terus-menerus dengan teman-teman dan keluarga mereka, juga dengan merek dan label yang mereka cintai.
Pada saat yang bersamaan, pengecer juga ingin (bahkan seharusnya) terhubung ke pelanggan mereka setiap saat, lebih dari sekedar toko fisik. Belanja sosial yang menghubungkan semua titik-titik sentuh bersama-sama dan telah menjadi sebuah fenomena yang hanya akan tumbuh.
Menurut survei terbaru dari pengecer, hampir 50% dari pengecer sangat percaya pada pentingnya sosial dan mengevaluasi dan menerapkan sosial dalam strategi belanja mereka sendiri untuk 2014.
Belanja sosial dapat didefinisikan sebagai real-time belanja dan berbagi produk dan pendapat dengan teman-teman, keluarga, dan komunitas sosial mereka semua yang masing-masing mempengaruhi keputusan pembelian, pada saat yang sama dari lokasi yang berbeda.
Banyak belanja sosial dilakukan melalui jaringan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan Pinterest. Namun, saat ini pengecer ada juga yang menyediakan alat yang terbatas.
Mereka menyediakan alat yang memungkinkan pelanggannya mengidentifikasi dan menggabungkan semua konten yang terkait dengan merek mereka yang ada di dalam ini media sosial.
Ini karena belanja sosial telah menjadi karakter, bukan sekadar trend tapi menjadi suatu kebutuhan. Konsumen menggunakan titik sentuh yang berada di luar domain pengecer '(SMS, MMS, WhatsApp messaging dan email), untuk berbagi informasi merek yang berharga. Jadi kenapa Anda tidak memanfaatkan peluang ini.