Thomas Lawson Syndrome

 

Zündapp adalah merek sepeda motor Bavaria (Jerman). Model Zündapp tidak semenarik BMW atau Harley Davidson, tetapi moped ini murah dan kuat. Iklan mereka menjanjikan ‘Sepeda Motor untuk semua orang’.

Pada tahun 1977, perusahaan mempekerjakan 1.900 tenaga kerja dan memproduksi 115.000 sepeda moto. Namun, manajemen perusahaan gagal mengenali perubahan yang terjadi di sekitar mereka hingga terlambat melakukan adaptasi. Cepatnya peningkatan premi asuransi dan perubahan dalam undang-undang, mewajibkan pengemudi moped mengikuti tes mengemudi. Akibatnya, penjualan Zundapp merosot.

Selainitu, persaingan dari produsen Jepang yang lebih murah membuat kelangsungan hidup Zundapp tidak lebih mudah. Seperti Horex, Adler, NSU, Maico dan Kreidler sebelum mereka, Zündapp dipaksa melakukan likuidasi pada tahun 1984.

Daftar perusahaan yang tidak membuka matanya terhadap perubahan yang terjadi di sekitar mereka dapat dilanjutkan tanpa batas. Produsen komputer Amerika, Digital Equipment, adalah contoh lainnya. Perusahaan ini benar-benar tidak menyadari adanya perkembangan komputer pribadi.

Pada tahun 1977, Ken Olson, pendiri, presiden dan direktur pelaksana Digital Equipment, membuat pernyataan yang melegenda, "Tidak ada alasan bagi setiap individu untuk memiliki komputer di rumahnya." Pernyatan itu jelas tidak terbuktinya sebabnya nyata hampir setiap rumah beberapa waktu kemudian memiliki komputer pribadi.

Contoh-contoh ini menggambarkan Thomas Lawson Syndrome. Ini adalah penyakit berbahaya yang menyerang perusahaan-perusahaan yang buta dan tuli. Ini memikat para manajer pada angsa yang meletakkan telur emas kemarin, terlepas dari fakta bahwa hewan yang malang itu jelas berada di kaki terakhirnya.

Thomas Lawson Syndrome menyerang setiap kali para manajer menjadi begitu terbiasa berurusan dengan produk dan proses yang ada. Mereka merasa puas dan benar-benar dibutakan dari ide-ide baru. Mereka yang telah berhasil memantapkan diri di pasar yang ada sangat rentan. Bahayanya, mereka menjadi apatis ketika organisasi secara bertahap terbawa ke dalam rasa aman yang salah dan karenanya status quo tidak lagi dipertanyakan.

Tampaknya mereka terlena dengan terus meningkatkan produksinya daripada menjaga mata, telinga, dan pikiran untuk menjadi terbuka bagi ide-ide baru, radikal, dan inovatif. Itulah yang seharusnya mereka lakukan. Menjadi terbuka itu adalah salah satu tugas paling menantang yang dihadapi setiap industri.

Pelajarannya jelas. Hampir setiap manajer senang hanya dengan mempertahankan status quo dan percaya bahwa mereka kebal terhadap kekuatan perubahan di pasar. Inilah gejala khas dari Thomas Lawson Syndrome.

Angka penjualan hari ini mencerminkan keputusan yang dibuat kemarin. Pasar tidak segera bereaksi dan selalu ada penundaan. Keputusan yang dapat membawa kesuksesan hari ini tidak akan selalu berlaku untuk besok.

Melawan pertempuran besok dengan produk sukses hari ini bukanlah resep untuk kesuksesan bisnis, tidak peduli apa ukuran atau sifat perusahaan. Adalah tugas manajemen puncak untuk menjadikan bisnisnya agar tidak konvensionalis dengan cara mewujudkan kesiapan agar perusahaan menerima dan beradaptasi dengan perubahan dan dinamis.

Sumber: Anja Foerster A and Kreuz P. 2017. Creative strategies for developing the innovative business. London (UK): Kogan Page.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)