Setiap brand ingin agar video iklannya dapat dilihat oleh sebanyak-banyaknya orang. Namun para brand hanya mau mengeluarkan uang sebanyak jumlah netizen yang benar-benar menonton iklan mereka. Ada dua platform yang dapat dijadikan sarana untuk meraih hal tersebut, yakni fitur autoplay di Facebook atau fitur TrueVideo di Youtube. Tim Peterson, sebagaimana dilansir dari situs AdAge mengungkapkan beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh brand sebelum menjatuhkan pilihan pada salah satu platform tersebut.
-Audiens
Satu-satunya hal yang ingin dilakukan oleh netizen ketika mengunjungi situs YouTube adalah menonton video, sehingga para netizen yang merupakan audiens akan bersikap lebih terbuka dan lebih mau menonton serta mendengarkan iklan. “Tidak seperti pada Facebook, seorang user yang menonton tayangan video YouTube akan lebih cenderung mengkonsumsi konten video dengan suara,” ungkap Kevin Cronin, seorang pakar dari UM. Meskipun demikian,saat ini jumlah netizen yang menonton video di platform Facebook juga mengalami peningkatan, yakni sebesar 3 juta video views setiap harinya.
- Membuat Target
Untuk dapat menonton video iklan di Facebook, seorang netizen harus login di akunnya. Dengan demikian, para pengiklan dapat membuat target atas video iklannya dengan sangat spesifik, termasuk di antaranya mencakup usia audiens, gender, lokasi, serta minat. “Facebook masih menjadi yang nomor satu dalam hal targeting dan akurasi,” ungkap Cronin.
YouTube menawarkan kategori targeting sejenis, namun kategori tersebut belum secanggih apa yang ditawarkan oleh Facebook. Beberapa pengiklan mengakali hal tersebut dengan membuat target yang sifatnya kontekstual, yakni dengan membidik kategori-kategori di channel, seperti misalnya fashion maupun do-it-yourself, ungkap Noah Mallin, kepala departemen sosial di MEC Amerika Utara.
- Biaya
Baik Facebook maupun YouTube masing-masing menawarkan perangkat self-serve, namun cara kerjanya berbeda. Di kedua platform tersebut, para pengiklan dapat memasukkan nilai budget dan siapa target mereka. Perangkat di Facebook menawarkan harga tetap setiap 1000 impresi serta menampilkan estimasi impresi setiap harinya. Sementara itu, YouTube akan menanyakan kepada brand berapa harga maksimal yang mereka akan bayar untuk setiap completed view. YouTube kemudian membuat estimasi rata-rata biaya per view dan berapa view per hari. Caveat: Apa yang dibayarkan oleh brand mungkin lebih sedikit dibandingkan budget-nya, tergantung berapa banyak impresi yang dapat dihadirkan oleh Facebook (meskipun para viewer tidak menonton iklan samapi habis) dan berapa banyak view yang dapat diperoleh via YouTube. Perangkat self-serve di Facebook juga menjual video iklan melalui lelang. Secara keseluruhan, kedua platform tersebut tidak berbeda cukup signifikan dalam urusan harga ketika diukur berdasarkan faktor atau variabel seperti goals dan valued metrics.
- Autoplay VS Skippable
Harga dan biaya bukanlah suatu hal yang sama. “Pada vitur TrueView di platform YouTube, para pengiklan hanya perlu membayar sesuai jumlah viewers yang menyaksikan iklan hingga habis, sehingga memungkinkan para marketers untuk menghitung biaya per view yang lebih akurat,” ungkap Cronin. Sementara itu, Facebook men-charge pengiklan berdasarkan view dan tetap menghitung statistik video jika sudah dimainkan lebih dari tiga menit.
“Dengan Facebook, terutama fitur autoplay dan tiga detik dianggap sebagai view, merupakan hal penting untuk selalu meyakinkan jika laporan view telah diterjemahkan,” ungkap Lange. Minta lah detaill laporan Facebook mengenai berapa banyak view yang bertahan hingga 50%, 70% dan 100% dari durasi video sehingga pengiklan dapat menghitung biaya iklan autoplay dengan lebih efektif.