MIX.co.id - Sampai saat ini, APPRI merupakan satu-satunya asosiasi yang menaungi perusahaan-perusahaan PR lokal. Asosiasi ini didirikan tahun 1987 oleh beberapa tokoh PR dan pemilik perusahaan PR senior di antaranya Inke Maris, Maria Wongsonagoro, Miranty Abidin, Edowati Sudjono, Srikandi Hakim, Sayono, dan Ida Sudoyo.
Tahun 2015 pengurus APPRI meletakkan kembali dasar-dasar pemikiran para pendiri APPRI yang disesuaikan dengan perkembangan dan kepentingan industri, terutama dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). APPRI pun intensif menjalin kerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan industri PR di Indonesia seperti pemerintah, media, maupun lembaga-lembaga Humas lainnya baik di dalam maupun luar negeri.
Di bawah kepemimpinan Jojo S Nugroho dan Sari Soegondo, saat ini ada 45 perusahaan PR yang bernaung di bawah asosiasi APPRI. Jojo meneruskan periode kepemimpinannya yang kedua setelah terpilih secara aklamasi bersama Sari dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) APPRI 2020 lalu.
APPRI Merapatkan Barisan di Tengah Pandemi
Pandemi membuat para pimpinan Perusahaan PR harus bergegas putar otak menyelamatkan bisnisnya. Dalam kondisi penuh tekanan ini, kerjasama dan kolaborasi menjadi nilai yang tinggi bagi para agency PR untuk saling menjaga satu sama lain agar bisnis terus berjalan dan saling menguatkan.
“Tepo seliro dan gotong royong yang sebenarnya sudah jadi kearifan lokal bangsa kita, menjadi lebih relevan di tengah pandemi. Karena itu, APPRI terus bergerak, mendorong semua anggota untuk mencari peluang-peluang baru dan berkolaborasi,” tegas Jojo.
Selama dua tahun pandemi, jelasnya, banyak anggota APPRI yang mulai bertransformasi dari servis konvensional kepada layanan digital agar tetap relevan, meski media relations sebagai basis tidak ditinggalkan. Selain itu, mereka juga berkomitmen menerapkan ekonomi keberlanjutan (sustainability) agar bisnis tetap berjalan dalam jangka panjang.
“Di APPRI kita bisa bergerak mencari peluang bersama, berbagi ilmu dan membuat kegiatan bareng untuk memperkuat industri. Yang penting kenal dulu buat berkolaborasi. Kita perlu menjaga bersama industri PR ini karena di sinilah ladang bisnis perusahaan kita,” tambahnya.
Wakil Ketua APPRI Sari Soegondo memaparkan, kegiatan-kegiatan kolaboratif yang dilaksanakan APPRI antara lain APPRICode, yaitu standar pengukuran kegiatan PR yang sudah dibuatkan dalam bentuk aplikasi https://appricode.id/ . Selain itu, APPRI juga menerbitkan sertifikasi PR dari BNSP bekerjasama dengan LSPPRI. APPRI juga memiliki program webinar bulanan bernama APPRI CONNECT untuk membahas isu-isu PR terkini. Lalu ada APPRI Ordal (Orang Dalam), program webinar ekslusif khusus untuk anggota APPRI yang membahas segala problematika agency PR dan solusinya.
Untuk kegiatan CSR, APPRI membuat APPRIentice guna mendukung program Merdeka Belajar. Program ini merupakan incubator untuk membentuk para mahasiswa agar menjadi PR handal. “Kita rekrut 60 mahasiswa dari kampus se Jawa-Bali. Mereka yang lulus dari program ini otomatis masuk ke komunitas APPRI Young Squad atau AYS,” jelas Sari.
Dalam rangka kontribusi pada industri PR di tanah air, APPRI tengah mempersiapkan Buku Sejarah Perkembangan Humas di Indonesia. Selain itu, APPRI juga sedang mengurus kesepakatan dengan Kemenkominfo agar semua tender pemerintah mewajibkan keanggotaan APPRI sebagai prasyarat.
Sari mengajak para owner dan founder agency PR local, baik yang full service atau spesifik seperti digital agency atau media monitoring agency untuk masuk menjadi anggota APPRI. Untuk bergabung cukup mendaftar lewat www.appri.org dan membayar iuran tahunan Rp2,5 juta.
Member APPRI yang terdaftar akan muncul di agency directory di website APPRI. Para klien yang ingin mengundang kegiatan pitching bisa mengakses direktori tersebut, dan langsung menghubungi agency yang diinginkan karena sudah tertera kontak lengkap nomer telpon dan email masing masing.