Ayo jalan-jalan sekaligus Medical Check Up... Begitu iklan yang ditulis di Twitter Panorama Tours. Lewat paket “Go Travel and Get Healthy” peserta dapat menikmati wisata dan pelayanan kesehatan yang ada Singapore, Kuala Lumpur maupun Beijing.
Istilah health tourism semakin sering didengar akhir-akhir ini. Health tourism dimaknai sebagai istilah untuk para pelancong yang suka berjalan-jalan ke negeri tetangga sambil melakukan pemeriksaan kesehatan atau tindakan kesehatan lainnya.
Jakarta Eye Center (JEC) - Pionir rumahsakit mata di Indonesia, hadir dengan layanan komprehensif berstandar internasional
Pada program health tourism, Panorama Tours mengeluarkan paket JaHe terbaru yaitu Medical Tour yang terdiri atas penjemputan dan pengantaran ke airport, serta ke tempat pemeriksaan kesehatan, akomodasi, pilihan city tour sekaligus biaya pemeriksaan kesehatan. Tarifnya mulai USD 314 ke Beijing selama 3 hari, USD 495 ke Kuala Lumpur selama 4 hari hingga USD 612 ke Singapura selama 2 hari.
Melihat realita tersebut, Indonesia sepertinya tidak ingin tertinggal dari Singapura dan Malaysia dalam hal health tourism di lingkup Asean. Ini diwujudkan pemerintah melalui Kementrian Kesehatan dan Kementrian Pariwisata & Ekonomi Kreatif yang akan bersinergi untuk mengembangkan program health tourism di Indonesia.
Rencananya, health tourism di Indonesia meliputi dua aspek, yakni Wellness Tourism dan Medical Tourism. Wellness Tourism adalah perjalanan wisata untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tradisional yang menekankan aspek relaksasi dan keindahan penampilan seperti pemeliharaan kecantikan, berat badan ideal serta kebugaran. Pelayanan spa merupakan salah satu produk yang ditawarkan untuk wellness tourism.
Sedangkan Medical Tourism adalah perjalanan wisata untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara konvensional maupun tradisional, seperti operasi kecantikan (cosmetic surgery), transplantasi organ, khemoterapi, fisioterapi, pijat refleksi maupun tusuk jarum (akupunktur).
Bak gayung bersambut, sejumlah rumahsakit mulai gencar mengedukasikan keunggulan layanannya. Sebut saja Jakarta Eye Center (JEC), pionir rumahsakit mata di Indonesia, hadir dengan layanan komprehensif berstandar internasional. Di gedungnya yang baru di wilayah Kedoya, Jakarta Barat – diresmikan Februari lalu - JEC menyuguhkan teknologi mutakhir "6 Dimension Z-LASIK” sebagai metode pengoreksi refraksi tercepat di dunia.
Teknologi ini, menurut Direktur Medik dan Ketua Cataract & Refractive Surgery Service JEC Kedoya Setiyo Budi Riyanto, merupakan keunggulan JEC dan sekaligus menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan asing yang ingin wisata kesehatan ke Indonesia, khususnya untuk pengobatan mata. .
Layanan medical lainnya yang disediakan JEC mencakup Cataract & Refractive Surgery Service (Cataract, LASIK & Keratoplasty), Retina Service, Glaucoma Service, Contact Lens Service, Oculoplasty Service hingga Diabetic Service. “Mengusung teknologi mutakhir dan didukung tim dokter spesialis yang mumpuni dalam layanan medis, inilah yang dituntut konsumen dewasa ini,” jelas Budi. Terlebih lagi bagi wisatawan asing. Mereka rela datang jauh-jauh dari luar negeri ke Indonesa karena rumah sakit yang dituju memiliki peralatan mutakhir yang berstandar internasional.
Selain itu, kondisi rumah sakit – terutama ruang inap - juga menjadi aspek penting dalam program health tourism. Karena itu, JEC memiliki gedung yang mewah - menempati bangunan 10 lantai (7 lantai untuk kebutuhan praktik dan 3 lantai lain untuk kegiatan manajemen perusahaan) dengan ruangan rawat inap yang eksklusif dan memadai seperti Children Eye Center & Strabismus Service. Interior ruangan yang didisain mewah mampu menghilangkan kesan rumah sakit sehingga pasien seolah-olah menginap di hotel.
Diakui, brand JEC sudah dikenal secara luas. JEC hadir sejak 29 tahun lalu. Mengusung tagline Care with Experience, JEC menyasar kepada konsumen middle up. Pasiennya bukan cuma lokal, tapi juga banyak datang dari mancanegara. “JEC siap menjadi destination bagi pasien global dalam program health trourism,” katanya.
Dijelaskan, JEC memanfaatkan website www.jakarta-eye-center.com atau www.jec-online.com untuk mengomunikasikan keunggulan tersebut. Khalayak bisa tahu JEC secara mendalam lewat website. Bahkan, daftar periksa pasien bisa lewat website. Selain itu, JEC juga menggunakan channel ATL seperti talkshow penyakit mata di TVC, advertorial di media cetak hingga social media Facebook Jakarta Eye Center dan Twitter @jkteyecenter.
“Untuk global, saat ini pesannya masih dominan menggunakan channel via internet. Ini cukup efektif karena memungkinkan semua orang bisa mengaksesnya, bukan cuma lokal, tapi juga global,” ujarnya.
Website JEC ini juga akan dilengkapi dengan fitur berbahasa asing sehingga dapat mengakomodasi pertanyaan-pertanyaan dari warga asing yang membutuhkan informasi mengenai kesehatan mata. “Bahkan, tidak menutup kemungkinan bahwa fasilitas online ini dapat dimanfaatkan sebagai ujung tombak dari medical tourism JEC di masa datang,” ucap Budi Riyanto.
1 thought on “Health Tourism (4) – JEC, Siap Menjadi Destination Health Tourism”