Mengkomunikasikan brand value kepada publik—termasuk target market—merupakan langkah penting yang harus dilakukan pengelola merek dalam membangun brand equity (ekuitas merek). Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggelar brand campaign yang selaras dengan brand value.
Langkah itu pula yang dipilih Taro dalam memperkuat brand value-nya. Sejak dua tahun lalu, Taro—merek keluaran PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk—memiliki umbrella campaign bertajuk “Gerakan Anak Tangguh Indonesia”. Dikatakan Marketing Director Snack PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. Hetty Herawati, “Taro memiliki brand value sebagai perusahaan yang memiliki komitmen menciptakan generasi anak Indonesia yang hebat lewat pendidikan karakter anak. Brand value itulah yang ingin kami hadirkan di kampanye Gerakan Anak Tangguh Indonesia.”
Diterangkan Hetty, kampanye Gerakan Anak Tangguh Indonesia diwujudkan lewat program on-air dan off-air yang dikemas secara terintegrasi. Pertama adalah Aksi Tangguh Taro Rangers, yang merupakan program televisi yang dalam tiap episodenya diikuti anak-anak yang harus menyelesaikan halang rintang baik secara perorangan maupun bersama-sama. Kedua, Taro Rangers Camp, yakni program perkemahan 3 hari 2 malam untuk anak-anak dengan aktivitas outbound character building. Ketiga, Taro Rangers Alumni, yakni kegiatan workshop sosial bagi alumni peserta Taro Rangers Camp. Keempat, Taro Rangers Award, yakni penghargaan kepada orang-orang atau lembaga yang memiliki kepedulian terhadap pembentukan karakter anak Indonesia melalui sistem pendidikan experiential learning.
Kampanye yang sudah dimulai sejak tahun lalu itu, menurut Hetty, sebenarnya telah rutin digelar Taro sejak 2012 silam. Itu sebabnya, brand Taro sudah identik dengan petualangan anak. “Hanya saja, waktu itu kami belum merancang payung besar untuk kampanye ini. Baru, pada tahun lalu, kami memiliki payung besar yang dinamakan Gerakan Anak Tangguh Indonesia,” tegasnya.
Diakui Hetty, untuk program on-air di televisi, Taro memiliki objektif untuk menciptakan amplifikasi yang lebih luas ke berbagai kota di Indonesia tentang apa saja yang telah dilakukan Taro. Sementara untuk program off-air, Taro ingin menciptakan pengalaman sekaligus bonding kepada anak-anak Indonesia usia 9-12 tahun—yang notabene merupakan main target dari Taro.
“Untuk Taro Rangers Camp tahun ini diikuti oleh 220 anak yang berasal dari Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sebelumnya, Taro Rangers Camp diikuti oleh 140 anak. Mereka cukup mendaftar di website resmi kami untuk mengikut Taro Rangers Camp. Di sana, anak-anak akan didampingi oleh psikolog dan diberikan pendidikan terkait pembentukan karakter anak, yang dikemas lewat permainan,” papar Hetty, yang menyebutkan bahwa yang mendaftar Taro Rangers Camp di tahun ini mencapai 800 anak.
Sementara itu, untuk Taro Rangers Alumni, kata Hetty, siap digelar di tahun ini. Harapannya, para alumni yang mengikuti workshop dapat menjadi agent of change di lingkungan sekitarnya. Misalnya, dengan memotivasi teman-temannya untuk menjadi pribadi yang tangguh, mandiri, dan berkarakter. “Ke depan, tentu saja mereka akan kami himpun dalam sebuah komunitas, yakni Taro Rangers Community,” imbuhnya.
Selanjutnya, di program Taro Rangers Award tahun ini, Taro memberikan penghargaan kepada Lendo Novo selaku penggagas sekolah alam pertama di Indonesia sekaligus pendiri School Of Universe (SOU). Sebelumnya, Taro Rangers Award 2015 diberikan kepada pendiri Sekolah Master di Depok, Nur Rohim.
“Melalui Taro Rangers Award, kami ingin terus membantu membentuk karakter anak-anak Indonesia yang tangguh, cerdik, dan peduli, yang diyakini dapat terwujud salah satunya dengan mendekatkan anak ke alam, menjalani experiential learning, hingga anak Indonesia dapat mengembangkan bakat alami mereka dengan baik,” terang Hetty, usai memberikan penghargaan Taro Rangers Award 2016 kepada Lendo Novo pada hari ini (25/11) di Parung-Bogor,
Sebagai penerima Taro Rangers Award 2016, Lendo Novo telah dikenal sebagai salah satu penggagas awal lahirnya sekolah alam di Indonesia yang diawali dengan mendirikan Sekolah Alam Ciganjur, yang kemudian berlanjut menjadi SOU di Parung, Jawa Barat pada tahun 2004. Sekolah yang didirikan tersebut juga telah konsisten menerapkan sistem pendidikan experiental learning, yang memungkinkan setiap siswa di SOU mampu mengembangkan bakat dan potensi mereka masing-masing dengan baik.
Adapun para juri Taro Rangers Award 2016 adalah Kresno Wiyoso dari Asosiasi Experiential Learning Indonesia, Ratih Ibrahim selaku Psikolog-Personal Growth, dan Bayu Sutiyono selaku Praktisi Media. “Masing-masing juri membawa tiga kandidat yang akan kami nilai. Selanjutnya, tiga kandidat terpilih kami datangi instansinya dan kami wawancarai. Hasilnya, Lendo Novo terpilih sebagai penerima Taro Rangers Award 2016,” jelas Kresno.
Diungkapkan Lendo Novo, Pendiri School of Universe, “Saya berterima kasih kepada Taro atas apresiasi yang diberikan. Ternyata sekarang ini masih ada yang peduli dengan pendidikan karakter anak Indonesia lewat pendidikan experiential learning. Saya sebagai penggagas konsep Sekolah Alam menerapkan pendidikan holistik yang mengintegrasikan nilai iman, ilmu pengetahuan, berlandas rasa cinta pada alam semesta dan kehidupan. Kita tidak sekadar membangun sekolah, tetapi kita sedang membangun peradaban.”