Tak hanya pemerintah yang bergiat membranding kota-kota di Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata. Komunitas, institusi pendidikan, dan elemen masyarakat pun tampak aktif membranding sekaligus membenahi kota guna menarik kunjungan wisatawan—baik lokal maupun mancanegara. Langkah itu pula yang kini telah dijalankan oleh AIESEC (organisasi internasional yang berada di 128 negara, termasuk Indonesia), Yayasan Citra Kasih Abadi (CKA) yang didirikan pada tahun 2008 silam, dan IPMI International Business School.
Diungkapkan Project Lead CKA Melly, setelah sukses menggelar berbagai pelatihan gratis di bidang entrepreneurship, pertanian, kecantikan, elektronik, dan sebagainya, tahun ini CKA meluncurkan proyek yang sedikit berbeda. Yakni, program bertajuk “Wonderful Ambon”.
“Objektif dari program Wonderful Ambon adalah melibatkan masyarakat pedalaman Maluku secara aktif dalam berbagai pengembangan kreatif guna meningkatkan potensi wisata Maluku. Keterlibatan yang dimaksud adalah dengan skema active involvement atau keterlibatan langsung yang tidak memerlukan modal kerja siginfiikan,” lanjutnya.
Dipilihnya Maluku, lantaran kota tersebut memiliki potensi alam dan budaya yang indah. Kekayaan alam dan budaya Maluku yang belum tergarap dengan maksimal, sejatinya dapat dibangun dan dikomunikasikan ke wisatawan lokal maupun mancanegara. “Sebagai langkah awal atau pilot project, kami memilih Desa Tihulale Maluku Selatan, sebelah Barat Pulau Seram,” terangnya.
Demi mensukseskan program tersebut, AIESEC menggandeng tim entrepreneurship internasional setiap dua bulannya. “Jika sebelumnya pada batch 1 sudah didatangkan tim entrepreneurship dari negara-negara di Asia, maka pada batch 2 ini kami mendatangkan tim entrepreneurship dari Kolombia. Tim dari Kolombia ini terdiri dari 16 wirausahawan muda,” tambahnya.
Selama dua bulan itu, mereka berpartisipasi dalam program “Wonderful Ambon”. Dijelaskan Laura Paiba Santos, perwakilan dari Tim Entreprenership Columbia, setidaknya ada tiga kegiatan yang telah dilakukan tim Kolombia di Desa Tihulale Maluku Selatan. Pertama, menggelar worskhop atau pelatihan untuk masyarakat setempat. Misalnya, membuat kerajinan tangan yang bernilai jual. Kedua, memberikan kursus Bahasa Inggris bagi anak-anak. Ketiga, mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan.
Terkait program lingkungan, mereka menggelar kegiatan bertema “Costal Cleanup Festival” dengan bantuan dan sponsor dari Bank Maluku. Mereka bersama masyarakat setempat melakukan kegiatan bersih-bersih desa. Termasuk, memberikan sumbangan berupa alat kebersihan dan merealisasikan pemasangan penerangan jalan di desa berupa 23 panel surya. “Tidak tertutup kemungkinan, kami juga akan mengkomunikasikan dan meng-endorser kota Ambon kepada masyarakat di Kolombia,” ujar Laura.
Program tak hanya berhenti di Desa Tihulale Maluku Selatan. Selanjutnya, tim Kolombia juga datang ke Jakarta pada awal Oktober 2016 untuk menjalankan agenda berikutnya. Di antaranya, mempromosikan produk lokal Desa Tihulale sebagai desa pariwisata. Selain itu, mereka juga mencari donasi untuk program pengembangan Desa Tihulale kepada beberapa perusahaan dan universitas. Berikutnya, tim Kolombia yang terdiri dari wirausahawan muda itu mencari aliansi atau partner bisnis mereka, yang akan memabngu program pengembangan desa.
Diterangkan Jimmy Gani, CEO IPMI International Business School, dukungan IPMI dalam program Wonderful Ambon, karena IPMI memiliki misi yang sama. “Tujuan kami sama, yakni mengembangkan local wisdom, salah satunya local wisdom Ambon. Terlebih, IPMI juga memiliki program Pemberdayaan Desa demi meningkatkan perekonomian,” tegasnya.