Hasil survei "Coming of Age on Screens" yang dilakukan oleh Crowd DNA pada 11.000 remaja di kalangan usia 13-24 di 13 negara, termasuk di Indonesia, baru saja dirilis awal Juli ini. Dari survei yang digelar pada April-Mei 2014 itu—bertepatan dengan musim liburan sekolah—terungkap aneka temuan menarik yang dapat dijadikan insight bagi marketers yang memang mengincar konsumen remaja.
Hasilnya? Rupanya, remaja Indonesia tak pernah bisa lepas dari gadget mereka. Terbukti, 84% remaja di Indonesia, mengaku tidak dapat meninggalkan rumah tanpa telepon genggam mereka. Tak mengherankan, jika 72% remaja setuju bahwa memiliki teknologi atau gadget terbaru itu adalah penting.
Bahkan, sebanyak 69% remaja di Indonesia mengatakan bahwa mereka merasa ketinggalan informasi jika mereka tidak dapat mengakses social media. Sejalan dengan tingginya pengguna Facebook di Tanah Air, rupanya 79% remaja di Indonesia juga menyebutkan bahwa Facebook dapat mendokumentasikan kegiatan mereka. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 81% remaja di Indonesia mengaku bahwa Facebook membuat mereka merasa lebih dekat dengan orang yang mereka kenal.
Lantas, hal menarik apa lagi yang dapat dimanfaatkan marketers dari temuan survei di kalangan remaja ini? Temuan lain yang dapat dipelajari dari hasil survei ini adalah tingkat ketertarikan remaja Indonesia terhadap mobile. Mereka (69%) rupanya lebih memilih tidak memiliki televisi dibandingkan tidak memiliki handphone. Sementara itu, sebanyak 8 dari 10 remaja atau sekitar 79% mengatakan mereka akan berbagi konten brand yang menarik yang mereka temukan jika konten tersebut menarik secara visual. Buntutnya, 86% remaja menginginkan konten yang lebih menyenangkan dari brand.
Sementara itu, remaja Indonesia sekarang ini rupanya senang mengekspresikan diri mereka melalui foto, video, emoticon, dan emoji—yang mampu memberikan wacana baru untuk kosa kata secara visual, bahkan sering menggantikan kebutuhkan akan teks. Oleh karena itu, marketers dituntut untuk erkomunikasilah dengan segmen remaja melalui bahasa yang mereka bicarakan dan pahami.
Remaja di global mengatakan bahwa mereka menyambut baik brand-brand yang berkomunikasi di media online. Namun, kepercayaan dan relevansi adalah kuncinya. Itu sebabnya, 53% dari mereka setuju bahwa mereka senang berinteraksi dengan brand melalui media sosial. Akan tetapi, 56% mengatakan mereka hanya mau memperhatikan iklan dari merek yang mereka percaya.
Yang lebih menarik, remaja Indonesia ternyata memiliki tingkat optmistik tertinggi dibandingkan negara lain. Dari 55% remaja di global setuju bahwa generasi mereka akan mampu mengubah dunia, Indonesia menempati posisi tertinggi, yakni mencapai 86%. Selanjutnya, diikuti oleh India (81%) dan Amerika (60%).