Hadir sejak Desember 2014 lalu, DIMO Pay—startup berbasis fintech (financial technology) dengan mengusung teknologi PayByQR—makin agresif mengedukasi market. Dikatakan Brata Rafly, CEO DIMO, langkah edukasi menjadi penting, mengingat kebiasaan melakukan transaksi secara nontunai pada masyarakat Indonesia masih tercatat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Thailand.
Merujuk data We Are Social 2016, pengguna handphone di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 324 juta, sedangkan pengguna smartphone mencapai 62 juta. Sementara itu, menurut data Statista 2017, nilai transaksi atau pembayaran melalui mobile di Indonesia pada tahun 2016 baru mencapai US$ 3,8 miliar. Adapun tahun 2017, angkanya diperkirakan US$ 18,6 miliar.
Sebaliknya, World Bank Data menunjukkan bahwa peluang ekonomi melalui transaksi non tunai masih sangat besar. Hal itu terlihat dari populasi masyarakat Indonesia yang memiliki rekening perbankan baru 39% di tahun 2015. Sisanya, 61% belum memiliki rekening di bank. “Melihat populasi anak muda di Indonesia yang mencapai 59%, kami yakin ini potensial market yang dapat digarap,” ujar Brata.
Oleh karena itu, sejumlah upaya dilakukan DIMO untuk melakukan edukasi market. Mulai dari mengedukasi issuer guna meyakinkan mereka bergabung dengan DIMO untuk sama-sama mengedukasi market, hingga melakukan edukasi kepada para merchant—baik merchant berskala besar maupun UKM (Usaha Kecil Menengah)--untuk bergabung bersama DIMO.
Saat ini, ditambahkan Brata, sudah ada 4.000-an merchant yang sudah bergabung dengan DIMO—di mana 60%-nya berskala besar dan 40% berskala UKM. Sementara itu, jumlah issuer atau mobile wallet yang sudah bergabung dengan DIMO mencapai 11, antara lain UANGKU, DOKU, dan UnikQu.
“Kami berharap, ke depannya, akan lebih banyak merchant berskala UKM yang bergabung. Sebab, kami ingin teknologi PayByQR dapat digunakan dalam keseharian konsumen dengan sesering mungkin. Mulai dari transaksi F&B, belanja online, beli pulsa, transfer, tarik tunai, belanja di modern channel, bayar listrik atau tagihan rumah tangga lainnya, serta transaksi lainnya. Sedangkan untuk merchant berskala besar, kami harapkan dapat bersama-sama melakukan edukasi tentang manfaat pembayaran non tunai via teknologi PayByQR,” harap Brata.
Paling anyar, hari ini (18/4), DIMO menggelar Public Relations (PR) event dengan mengundang sejumlah media, baik cetak maupun online. Aktivasi bertajuk “One Day Without Cash” yang digelar di Jakarta itu mengajak media untuk merasakan langsung manfaat dari menggunakan teknologi PayByQR milik DIMO.
Brand experience melakukan pembayaran non tunai dengan menggunakan teknologi PayByQR diawali di salah sattu merchant DIMO, The Coffee Bean. Di sana, media diajak bertransaksi langsung dengan menggunakan salah satu aplikasi mobile wallet yang telah diunduh di perangkat mobile mereka, seperti DOKU atau UANGKU. Selain itu, media juga diajak ber-experience dengan berbelanja di gerai Gramedia, makan siang di Manhattan Fish Market, membeli minuman dari vending mechine, membeli es podeng di pedagang kaki lima, digital donation, hingga berbelanja online di situs belanja Lazada.
“Program ini kami gelar untuk mengajak teman-teman media melakukan cashless movement. Dengan pengalaman yang telah diperoleh pada hari ini, kami berharap teman-teman media dapat men-share pengalaman mereka tentang bagaimana kemudahan, kenyamanan, serta kepraktisan saat bertransaksi non tunai dengan teknologi PayByQR, tegas VP Marketing DIMO Nurfadilah Dila.
Diakui Brata, rata-rata transaksi dengan teknologi PayByQR mencapai Rp 60 ribu sampai dengan Rp 100 ribu. Adapun transaksi terbesar yang telah dilakukan pelanggan di merchant DIMO berasal dari kategori cafe dan resto, yang menyumbang 70,9%. Sisanya, diikuti oleh grocery store dan supermarket yang mencapai 20,19%; miscellaneous and specialty retail 4,43%; electronic/commerce/information 2,82%; serta financial institutions-merchandise and services 1,28%.