Jonathan Parker, Managing Director EMEA & APAC Advertising Production Resources
MIX.co.id - Awal tahun 2020 lalu, Indonesia merilis rencana pembangunan keberlanjutan pertamanya, yang mencakup pengurangan emisi gas rumah kaca, pengentasan kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja. Untuk mencapai pembangunan keberlanjutan, Indonesia telah berkomitmen pada jalur rendah karbon yang mendorong pertumbuhan sekaligus meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan ketahanan iklim.
Sejatinya, keberlanjutan (sustainability) harus diimplementasikan pada setiap aspek bisnis, mulai dari rantai pasokan produknya sampai ke hubungan pihak ketiga, seperti biro iklan dan mitra produksi. Mengingat, industri periklanan dan merek yang mereka tangani, memiliki kemampuan untuk mendorong perubahan industri dan masyarakat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Jonathan Parker, Managing Director EMEA & APAC Advertising Production Resources (APR), dalam wawancara tertulis dengan MIX, mengungkapkan bahwa kegiatan produksi iklan mampu menghasilkan ribuan ton emisi karbon setiap tahunnya. “Oleh karena itu, ada peluang untuk memperkenalkan dan mempertahankan praktik produksi keberlanjutan serta menggambarkan pesan yang berkelanjutan di dalam iklan itu sendiri,” katanya.
Lebih jauh ia menerangkan, inisiatif untuk menjaga keberlanjutan telah terbukti memiliki dampak langsung kepada konsumen, bahkan mendorong loyalitas terhadap merek. Saat ini, konsumen telah berpendidikan dan diberdayakan untuk membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai merek, di mana elemen harga tidak lagi menjadi pertimbangan utama saat membeli.
“Dengan kesadaran konsumen yang meningkat, banyak pengiklan, agensi, dan produsen yang membuat langkah penting untuk memastikan masa depan keberlanjutan bagi bumi. Ini memberikan peluang bagi merek dan agensi untuk menerapkan praktik keberlanjutan dalam proses produksi konten mereka,” ia meyakini.
Oleh karena itu, ia menyarankan, merek harus memprioritaskan kebutuhan untuk memasukkan keberlanjutan dalam proposisi nilai dan pesan merek mereka, lantaran semakin banyak konsumen menuntutnya.
Apalagi, Jonathan mengingatkan, menjalankan praktik keberlanjutan sangat berpengaruh siginifkan terhadap image atau reputasi merek maupun loyalitas pelanggan. Sebab, saat ini, konsumen mencari merek yang peduli dengan isu-isu penting, seperti lingkungan, keragaman, kesetaraan dan inklusi, kekayaan karyawan, dan produksi yang berkelanjutan.
“Menurut EY Future Consumer Index, konsumen Asia Pasifik sangat setuju bahwa perilaku bisnis – komitmennya terhadap masyarakat dan karyawan – sama pentingnya dengan produk atau layanan yang dijualnya, di mana 62% mengungkapkan bahwa mereka akan lebih cenderung membeli dari perusahaan yang mereka rasa berbuat baik untuk masyarakat. Laporan tersebut juga menemukan bahwa 29% responden bersedia membayar mahal untuk merek yang berkontribusi pada masyarakat,” urainya.
Sejumlah merek di Indonesia telah berhasil mengusung pesan keberlanjutan dalam konten kampanye merek mereka. Dia mencontohkan, pada April 2021 selama periode Ramadhan, The Body Shop di Indonesia menyelenggarakan kampanye bertajuk 'Green Ramadan - Refresh & Reconnect this Ramadan’. Melalui kampanye tersebut, mereka mengundang konsumen untuk melakukan perbuatan baik, yang tidak hanya bermakna pada tataran pribadi, tetapi juga bermanfaat bagi lingkungan.
Kampanye tersebut digawangi oleh serangkaian kegiatan ramah lingkungan yang memicu semangat kreativitas dan inovasi, seperti tantangan #TBSGreenRamadan yang mendorong konsumen untuk mengadopsi perubahan ramah alam dalam gaya hidup mereka dan membagikannya di media sosial. Mereka bisa sesederhana tidak menggunakan plastik selama sehari, atau meletakkan satu tanaman di ruang tamu mereka, atau memilih opsi ramah lingkungan. “Tindakan kecil ini sangat berarti, jika dilakukan secara kolektif,” ucap Jonathan.
Perusahaan lainnya yang juga telah menerapkan konsep keberlanjutan adalah Yayasan Unilever Indonesia, dengan mendirikan hampir 4.000 bank sampah di 37 kota dan 12 provinsi di seluruh Indonesia untuk mengedukasi masyarakat tentang cara mengelola sampah plastik, khususnya dari kemasan plastik, melalui pemilahan dan daur ulang.