“Banyak hal yang sebenarnya saat itu penting untuk diubah segera. Ada banyak hal-hal yang belum di ditinjau atau dinilai ulang,” ujar Carolyn.
Tugas pertama yang ia emban adalah memperbaiki jadwal operasi dan krew. Carolyn menganggap dua hal tersebut sebagai sumber masalah kacau balaunya jadwal penerbangan easyJet.
“Kepuasan pelanggan berhubungan dengan kinerja yang tepat waktu. Jadi inilah yang harus diluruskan terlebih dahulu,” katanya.
Perubahan lain yang diusung Carolyn adalah kursi yang sudah ditentukan. Selanjutnya, ia menerapkan pemilihan kursi secara online dan opsi ticketing yang flexible, misalnya saja mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga sebagai distributor tiket. Perubahan ini mampu menarik business traveler/orang yang ingin berpergian atas alasan bisnis.
The results have been striking. easyJet has an on-time performance rate of close to 90 percent across its network, narrowing the airline’s punctuality gap with Ryanair. Passenger numbers have jumped by 43 percent to 65 million a year, of which more than 12 million are now business travelers, up from eight million in 2010.
Hasil dari perubahan ini pun fantastis. Performa easyJet menunjukkan hasil yang positif dengan rata-rata ketepatan waktu hampir 90% dari jumlah penerbangannya. Jumlah ini memperkecil gap dengan rival terberatnya, Ryanair. Selain itu, jumlah penumpang pun melonjak 43% atau menjadi 65 juta per tahunnya. Dari jumlah tersebut, 12 juta adalah business traveler.
Kendati kinerjanya bagus, Carolyn mengungkapkan tidak akan mengikuti beberapa pesaingnya yang membuka penerbangan jarak jauh, seperti Norwegian Air Shuttle yang sudah membuka penerbangan ke Amerika dan Asia.
Rencananya, easyJet akan fokus meningkatkan penerbangannya di pasar Eropa. Maskapai ini akan meningkatkan jumlah armada Airbus A320 menjadi lebih dari 300 armada dalam kurun waktu 10 tahun. Awal tahun 2016 nanti, maskapai ini akan meningkatkan kapasitas kursi penumpang dari 180 menjadi 186 kursi.