Hadapi Empat Mega Shifts Consumer Behavior, Sun Life Hadirkan Sun Connect

Pandemi Covid-19 melahirkan tiga ketakutan di masyarakat Indonesia, yakni takut mati, takut ekonomi, dan takut akan aktualisasi diri. Selain itu, Covid-19 juga mendorong munculnya empat Mega Shifts Consumer Behavior. Demikian dikatakan Yuswohady, Pengamat Pemasaran dari Inventure, pada sesi Press conference yang digelar Sun Life, hari ini (11/6).

Mega shift pertama adalah Stay At Home Lifestyle, yang mendorong konsumen berusaha mencari solusi agar aktivitas bisa dikerjakan di rumah, baik working, learning, maupun playing.

Selanjutnya, mega shift kedua adalah Bottom of the Pyrmid, dimana kebutuhan akan sehat dan selamat menjadi krusial. "Oleh karena itu, asuransi menjadi kebutuhan dasar dan wajib. Ini karena pandemi memunculkan ketakutan akan mati," yakin Yuswohady.

Diakuinya, sampai saat ini, penetrasi asuransi di Indonesia masih tercatat rendah. Jumlah orang yang memiliki asuransi masih 6%. Tantangan lainnya, mengedukasi asuransi terhitung sulit. "Karena 'dipaksa' pandemi, asuransi akan menjadi kebutuhan dasar dan asuransi jiwa serta kesehatan akan berkembang di era New Normal nanti," papar Yuswohady.

Menurutnya, perusahaan yang sudah siap dengan infrastruktur digitalnya--baik ke karyawan maupun customer--adalah yang dapat dengan cepat memulihkan bisnisnya pada era New Normal. "Perlu diingat, digital transformasi bukan hanya pada tools (software). Namun, digital transformasi juga pada SDM (sumber daya manusia), dimana mereka harus siap dengan virtual culture," paparnya.

Mega shif yang ketiga adalah Go Virtual. "Inovasi digital menjadi kunci agar konsumen bisa tetap in-touch dengan brand. Mulai dari working, learning, hingga playing," jelasnya.

Selanjutnya, mega shift keempat adalah Empathoc Society. Menurut Yuswohady, krisis akan melahirkan masyarakat baru yang penuh empati. Ini juga disebabkan budaya gotong royong yang telah tertanam di masyarakat Indonesia. "Untuk itu, brand juga harus berperan dan hadir sebagai solusi bagi konsumen dan mitra," ujarnya.

Sun Life sebagai perusahaan asuransi juga menyadari kondisi di masa pandemi Covid-19 dan era New Normal nanti. Sejak 2019, dalam menghadapi tantangan masa depan sejalan dengan perkembangan teknologi digital, Sun Life secara organisasi di Asia telah menerapkan model bisnis digital enterprise. Objektifnya, untuk membawa bisnis lebih dekat dengan teknologi guna memberikan solusi inovatif dengan cepat kepada para pemangku kepentingan, khususnya nasabah.

Dikatakan Elin Waty, Presiden Direktur Sun Life Indonesia, “Sejak lama, Sun Life telah berfokus pada teknologi dalam mendukung produktivitas karyawan dan tenaga pemasar, sekaligus memberikan pelayanan terbaik bagi nasabah melalui pengolahan data yang tepat."

Lebih jauh ia menerangkan, Sun Connect yang perkenalkan hari ini (11/6) menjadi salah satu solusi teranyar yang Sun Life hadirkan, untuk menjembatani kebutuhan nasabah akan proteksi jiwa dan kesehatan, membantu agen dalam melakukan pemasaran secara virtual, serta menjadi stimulus ekonomi agar dapat terus berjalan.

Ditambahkan Shierly Ge, Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia, “Bukan hanya dari sisi infrastruktur dan teknologi, kami juga mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten, serta mengedukasi para tenaga pemasar agar dapat menjalani setiap proses pemasaran virtual secara maksimal."

Kehadiran Sun Connect, menurut Shierly, memberikan pengalaman baru dalam berasuransi serta mendekatkan yang jauh, di mana jarak tidak lagi menjadi hambatan dengan mengutamakan prinsip keamanan, kenyamanan, dan kemudahan, khususnya bagi nasabah dan para tenaga pemasar.

Melalui Sun Connect, kini, para tenaga pemasar dapat memanfaatkan media komunikasi seperti video call atau video conference untuk berkomunikasi dan memasarkan produk Sun Life kepada nasabah. Berbagai dokumen pendukung pun dapat dilampirkan secara online, untuk kemudian disahkan menggunakan surat pernyataan nasabah serta rekaman video dan audio.

"Selama Pandemi, kami akui ada kenaikan pemegang polis yang mencapai 3,7% dan kenaikan premi sebesar 15%. Dan, produk asuransi kesehatan dan jiwa yang paling banyak diambil masyarakat selama pandemi," pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)