Lima Fase Transformasi Hotel Indonesia Natour

Dalam beberapa tahun terakhir, industri perhotelan di Indonesia tampak makin kompetitif. Hal itu ditandai dengan agresivitas berbagai jaringan perhotelan (hotel chain) mancanegara yang menggarap pasar Indonesia. Tantangan yang tak mudah, tentunya, bagi para pemain lokal seperti PT Hotel Indonesia Natour (HIN). Terlebih, sebelum tahun 2016, kinerja HIN tercatat kurang menggembirakan.

Tak ingin kalah bertarung dengan chain hotel lainnya--yang notabene didominasi oleh multinasional--maka HIN pun memutuskan untuk bebenah diri. Langkah besar yang dilakukan HIN adalah melakukan transformasi perusahaan. Adalah Iswandi Said ditunjuk untuk memimpin transformasi. Pria yang memiliki jam terbang di Garuda Indonesia itu dipercaya menjabat sebagai Direktur Utama HIN.

Dijelaskan Iswandi, program transformasi dibagi dalam lima fase. Kelima fase yang menyedot investasi sebesar Rp 1 triliun itu adalah Turn Around (2017), Growth (2018), Leading (2019), Worldwide (2020), dan Expansion (2021). "Objektif dari transformasi ini adalah menjadi market leader untuk jaringan perhotelan atau hotel chain di Indonesia. Kami ingin menjadi raja di negeri sendiri," tegasnya.

Adapun hotel yang akan dikelola HIN adalah seluruh hotel yang berada di bawah payung Hotel Indonesia Group (HIG). "Saat ini, HIG beranggotakan 43 hotel yang terdiri dari 7 Hotel Patra Jasa, 7 Hotel Aero Wisata, dan 14 HIN. Kemudian, ada 9 hotel milik Penggadaian dengan brand Pesonna Hotels, 1 hotel milik Taman Wisata Candi dengan brand Manohara Hotel Borobudur, dan 5 hotel milik PT Jakarta Tourisindo," lanjutnya.

Pada Fase Turn Around atau titik balik, diterangkan Iswandi, ada empat agenda besar yang sudah dan akan dijalankan HIN di sepanjang tahun 2017. Pertama adalah Property Development, antara lain dengan melengkapi fasilitas hotel yang berada di bawah bendera HIN. Kedua adalah Propety Improvement seperti renovasi atau meng-up-grade kamar hotel sesuai dengan kebutuhan tamu hotel. Ketiga adalah Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), antara lain dengan mengubah mindset tim serta training skill dan knowledge. Keempat adalah perluasan bisnis HIG sebagai operator hotel.

Selanjutnya, memasuki Fase Growth yang akan dimulai pada tahun 2018, HIN akan mulai melakukan ekspansi pasar dan menjalankan program secara berkelanjutan. "Pada program transformasi ini, HIN memiliki positioning sebagai jaringan hotel yang menawarkan keramahtamahan Indonesia sekaligus kearifan lokal yang bertaraf internasional," ungkapnya.

Pada Fase Leading, HIN berharap dapat menjadi pemimpin jaringan perhotelan nasional di tahun 2019 mendatang. Tak kurang dari 99 hotel ditargetkan berada di bawah HIG. Setahun berikutnya, 2020, dikatakan Iswandi, HIN memasuki Fase Worldwide. "Pada fase ini, HIN akan mulai melakukan ekspansi ke pasar global."

Terakhir, pada Fase Expansion yang akan berlangsung pada tahun 2021, HIN akan melakukan ekspansi bisnis serta meningkatkan pasar mancanegara. "Dengan transformasi ini, kami berharap HIN dapat membantu menyukseskan program pemerintah untuk mendatangkan 19 juta wisatawan pada tahun 2019 nanti," harapnya.

Transformasi yang sudah dilakukan dan akan terus berlangsung itu, mulai menunjukkan hasil positif. Jika pada tahun 2015 tingkat okupansi hotel di bawah jaringan HIN hanya 55,5%, maka tahun 2016 angkanya sudah mencapai 60,2%. "Bahkan, di masa low season pada kuartal pertama 2017, tingkat okupansi sudah mencapai 56,5%," tutur Iswandi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)