Selain ritel fashion yang menyasar kelas menengah, kosmetik ternyata menjadi salah satu kategori yang tak terpengaruh turbulansi ekonomi. Menurut Bryan Tilaar, Presiden Direktur PT Martina Berto Tbk, melembatnya pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap brand miliknya.
Terbukti, katanya, PT Martina Berto tumbuh 24% pada triwulan pertama 2015, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara Martha Tilaar group tumbuh 20% pada triwulan pertama 2015. “Investasi pemerintah itu karena proyek infrastruktur belum jalan dan sebagainya, maka pertumbuhannya kecil. Masalah konsumsi produk kami, kami belum terpengaruh oleh hal-hal itu karena produk kami tergolong basic needs. Mudah-mudahan memang tidak berdampak,” ujarnya.
Kepada MIX Marcomm, ia meyakinkan bahwa kondisi ini hanya akan berlangsung sementara. “Saya cukup optimis. Di triwulan pertama pencapaian GDP 4,7. Mungkin agak sulit jika Pemerintah mau kejar 5,7. Tapi, saya yakin GDP tidak akan berkurang dari 4,7. Mungkin bisa mencapai 5 atau 5,5,” ungkapnya. Angka tersebut bisa dicapai, katanya, jika penyelenggara mau menaati beberapa kunci, seperti menguragi impor, meningkatkan ekspor, dan investasi swasta.
Lantas, apa strategi PT Martina Berto terus tumbuh di tengah turbulensi ekonomi ini? Dijelaskan Bryan, mempertahankan dan meningkatkan brand equity adalah kunci agar memenangkan persaingan. “Konsumen disodorkan berbagai macam brand dan mereka semakin pintar. Ekuitas merek kami lewat brand Sariayu, Caring, Rudi Hadisuwarno, Mirabella, PAC, Biokos, sudah cukup kuat,” ujarnya.
Ditambah lagi dengan tema kearifan budaya lokal yang diusung PT Martina Berto, dinilai Brian, menjadi unique selling point sehingga memperkuat brand miliknya. Seperti brand Sariayu yang mengangkat tren kosmetik Papua dan rangkaian perawatan tubuh dari brand Dewi Sri Spa Surya Majapahit.
Selain itu, Martina Berto juga gencar meningkatkan kegiatan promosi baik di offline maupun di online. Lewat gerai online www.marthatilaarshop.com misalnya, konsumen disodorkan potongan harga atau eksklusif gift sehingga mampu mendongkrak pembelian. Tidak hanya itu, tahun ini Martina Berto juga meningkatkan ekspor di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik.
“Kami akan meningkatkan pasar Malaysia, Brunei, Singapura, dan nanti mungkin pengembangan Martha Tilaar shop di Negara ASEAN. Pertumbuhan ekspor kami cukup baik di angka 15%, tetapi masih banyak pekerjaan rumah yang harus kami lakukan untuk Negara Taiwan, Jepang dan Hongkong,” imbuh Brian.
Lewat momentum festive season, Brian berharap bisa meningkatkan pertumbuhan penjualan lebih banyak lagi. Setiap momentum perayaan besar seperti Ramadan atau Lebaran, menurutnya penjualan produk bisa meningkat 10% dibandingkan bulan sebelumnya.
“Konsumen Indonesia seperti mesin diesel. Kuartal pertama memang slow, nanti kuartal kedua ditambah dengan ada momen seperti puasa atau lebaran, sampai dengan November, itu luar biasa konsumsinya. Kalau sudah Desember, seperti biasa, semua perusahaan akan melakukan upaya yang luar biasa untuk menaikkan bisnisnya sebab mau tutup buku,” imbuhnya.
Pada Lebaran tahun ini, memanfaatkan peluang pasar saat fenomena hijab yang sedang booming, PT Martina Berto lewat brand Sariayu juga akan gencar mendorong produk Sariayu Hijab series – rangkaian perawatan rambut yang membidik para hijabers dan terdiri dari shampoo, hair tonic, hair mist, dan conditioner.
“Untuk pasar Hijab atau Muslimah, kami memang cukup jeli melihat opportunity dan potensi yang tidak dilihat pemain lain yang kebanyakan fokus mengembangkan fashion, kosmetik, bahkan lifestyle untuk mereka. Kami cukup jeli melihat peluang bahwa mengatasi problem rambut karena selalu tertutup adalah kebutuhan dasar para hjabers, seperti problem ketombe, rambut rontok, lepek, dan berminyak,” ungkap Wulan Tilaar Chairwoman Martha Tilaar Group.