Industri ritel di Indonesia masih tetap menunjukkan kenaikan, meski ekonomi Indonesia kurang bersahabat. Data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkapkan bahwa pada semester satu tahun 2015 lalu, omset ritel di Tanah Air masih sanggup menembus Rp 74 triliun. Itu artinya, mampu bertumbuh 12,7% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tak mengherankan jika survei A.T. Kearney’s 2015 Global Retail Index telah menempatkan Indonesia pada posisi ke-12 dari 30 negara berkembang yang menjadi tujuan investasi ritel. Posisi Indonesia tersebut tercatat naik dari posisinya yang ke-15 di tahun 2014.
AEON Mall, pengembang sekaligus operator pusat perbelanjaan terbesar di Jepang, adalah salah satu buktinya. Tepat pada Mei 2015 lalu, AEON Mall resmi menggelar grand launching untuk gerai ritel pertamanya di Indonesia melalui AEON Mall BSD City, Tangerang. Kehadiran AEON Mall BSD City seluas 100 ribu meter persegi itu merupakan hasil kerja sama AEON Mall dengan Sinar Mas Land—sebagai salah satu pengembang terbesar dan terpercaya di Asia Tenggara—lewat PT AMSL INDONESIA.
“AEON Mall BSD City mengusung konsep ‘For Your Smart Living’ yang berarti memberikan one stop service untuk memenuhi kebutuhan berbelanja lengkap bagi seluruh keluarga. Kami menawarkan beragam fasilitas dan pengalaman berbelanja yang menarik untuk mendukung kehidupan masyarakat yang berkualitas,” tutur Presiden Direktur PT AMSL Indonesia Ryuma Okazaki.
Ditambahkan Ishak Chandra, Managing Director Corporate Strategy and Services Sinar Mas Land, ”Kehadiran AEON Mall BSD City merupakan bukti komitmen Sinar Mas Land dan AEON Mall dalam menyediakan pusat perbelanjaan dengan fasilitas terbaik bagi masyarakat. Tidak hanya bagi warga penghuni BSD City, tetapi juga warga di area Serpong dan Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi) secara luas.”
Kehadiran AEON Mall perdana di Tanah Air, terutama di Tangerang, tentu saja bukan perkara mudah. Mengingat, sebelumnya sudah ada pusat belanja lain—baik incumbent langsung seperti Mal Alam Sutera dan incumbent tak langsung seperti IKEA—di daerah Tangerang. Untuk itu, sebagai pendatang baru, AEON Mall BSD City membutuhkan strategi pemasaran yang jitu guna menyedot perhatian para pembelanja.
Ma’ruf (2006) menyebutkan bahwa terdapat enam unsur strategi pemasaran dalam konteks bisnis ritel. Keenam unsur tersebut adalah lokasi, merchandise, harga, periklanan (komunikasi), promosi, atmosfir gerai, dan pelayanan ritel. Sejatinya, keenam unsur bauran pemasaran ritel tersebut berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup perusahaan dan dapat digunakan untuk menciptakan nilai tambah (added value) perusahaan dibandingkan para pesaingnya.
#Lokasi Strategis
Bauran pemasaran itulah yang digunakan AEON Mall sebagai added value sekaligus strategi pemasarannya di Indonesia. Langkah awal yang dilakukan AEON Mall adalah menghadirkan gerai pertamanya pada lokasi yang strategis. Ditambahkan Ishak, AEON Mall BSD City dapat dijangkau dengan mudah melalui dua jalur tol, yakni Jalan Tol Jakarta-Tangerang dan Jalan Tol Bintaro-Serpong yang juga terhubung dengan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR).
#Atmosfir Jepang
Langkah kedua adalah menghadirkan atmosfir gerai yang berbeda, yang belum pernah ada di Indonesia. Yakni, dengan menghadirkan atmosfir Jepang dalam AEON Mall BSD City. “Untuk pertama kalinya di Indonesia, ada mall bergaya Jepang,” yakin Ishak.
Keputusan AEON Mall BSD City menghadirkan atmosfir bergaya Jepang di dalam gerai belanjanya cukup dimaklumi. Sebab, sebagian besar keputusan konsumen dibuat saat berada di dalam gerai. Peritel dapat memberikan stimulus-stimulus dalam lingkungan berbelanja guna mendorong terjadinya pembelian. Sebab, konsumen yang mementingkan pengalaman hedonik akan lebih mengutamakan lingkungan berbelanja yang berkesan. Stimulus dalam lingkungan berbelanja dapat diwujudkan melalui atmosfer gerai serta pelayanan (service) yang diberikan kepada konsumen saat melakukan kegiatan berbelanja (Fam et al., 2011). Sejatinya, stimulus dalam lingkungan berbelanja juga dapat menyebabkan terjadinya pembelian impulsif (Semuel, 2005).
Itu sebabnya, dari 280 toko yang ada di...