Potensial pasar handuk di Indonesia terhitung sangat besar. Dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta, maka Indonesia menjadi pasar yang sangat menjanjikan. Oleh karena itu, pada tahun 2014 lalu, handuk premium asal Taiwan, Chliya Towel, memutuskan hadir di Indonesia melalui distributor resmi PT Omega Nusa Era.
Resmi memasuki pasar Indonesia, dikatakan Direktur PT Omega Nusa Era Christopher Suteja, Chliya menawarkan kualitas bahan yang sangat bagus, tidak rontok, dan nyaman pada saat digunakan. “Produk handuk seperti ini memang belum ada di Indonesia. Untuk itu, kami mempunyai pemikiran untuk memperkenalkan produk handuk ramah lingkungan ini ke market Indonesia,” katanya.
Target market yang disasar Chliya adalah segmen menengah ke atas yang memiliki perhatian lebih terhadap produk eco-friendly. Sementara itu, menurut Christopher, Chliya memiliki sejumlah added value. Pertama, halus, lembut, dan nyaman saat dipakai. Kedua, cepat serap dan cepat kering. Ketiga, bulu tidak rontok dan tidak menggores. Keempat, pemakaian lifetime yang panjang, tahan lama, produk ramah lingkungan, alias tidak cepat rusak atau tua. Kelima, mempunyai perlindungan anti bakteri.
Diakuinya, pada awal Chliya masuk ke Indonesia, Chliya melakukan pemasaran secara retail langsung kepada konsumen melalui pameran-pameran di mall, mensponsori acara kesehatan, bazaar amal terbesar Tzu Chi setiap tahunnya, hingga membuka outlet permanen di mall dan bekerja sama dengan Seibu Dept Store.
Strategi pemasaran tersebut rupanya dirasa Chliya belum cukup untuk menggarap pasar Indonesia. Terlebih, dalam beberapa tahun terakhir, kebiasaan berbelanja konsumen Indonesia mulai mengalami pergeseran, yakni dari offline ke online.
Oleh karena itu, di tahun 2018, Chliya memutuskan untuk mengubah strategi pemasaran yang awalnya secara retail offline menjadi lebih fokus ke pemasaran online. “Selain itu, kami juga memperbanyak distribusi ke toko-toko bayi yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan, Chliya juga menggandeng Baby Spa di Jakarta dan Surabaya sebagai mitra,” ucapnya.
Kini, Chliya telah hadir di 50 toko yang tersebar di Jabotabek, Bandung, Cirebon, Surabaya, Bali, Makassar, dan Medan. Chliya juga sudah masuk ke e-commerce seperti Bukalapak, Tokopedia, Lazada, dan Shopee. “Kami juga masih memanfaatkan pameran produk dan perlengkapan bayi, seperti IMBEX 2018, sebagai kanal komunikasi dan pemasaran Chliya,” tuturnya.
Lantas, bagaimana kinerja Chliya saat ini? Dijawab Christopher, setiap tahunnya, rata-rata Chliya dapat menjual hingga 15 ribu piece handuk. “Pertumbuhan Chliya pun senantiasa signifikan setiap tahunnya. Masuk Indonesia pada Agustus 2014, Chilya dapat tumbuh 10% di tahun 2015. Selanjutnya, 2016, kami tumbuh 35%. Di tahun 2017, pertumbuhan mulai stagnan disebabkan banyak peralihan konsumsi dari offline menjadi online. Hal itu mempengaruhi penjualan di gerai-gerai offline kami,” akunya.
Guna mengembalikan kinerja penjualannya, dituturkan Christopher, mulai pada tahun 2018, Chliya memutuskan menutup keseluruhan gerai offline, dan bertransformasi menjadi toko online sepenuhnya. “Selain itu, kami juga bekerja sama dengan toko-toko bayi di seluruh Indonesia dan melakukan branding di media sosial. Dengan perubahan strategi itu, kami optimistis di tahun 2019 akan mengalami pertumbuhan penjualan kembali hingga 50%,” yakinnya.