Kelas Kopi untuk Perbaiki Kultur Minum Kopi

Hadir pada acara ini seorang ibu yang merupakan pecinta kopi, Irene Darryl. Warga Negara Indonesia yang saat ini bermukim di Abu Dhabi itu mengaku exiciting dengan kelas kopi ini. “Saya jadi lebih tahu seluk beluk kopi. Suami saya bekerja di perusahaan lokal Emirates. Dan saya sering ditanya tentang Kopi Luwak oleh bos suami saya yang orang Arab. Karena itu, saya jadi perlu mengetahui lebih banyak tentang kopi. Kebetulan saya sedang berlibur ke Indonesia dan melihat bannerCoffee Class ini,” katanya.

Dia bercerita bahwa minum kopi merupakan kebiasaan yang mendarah daging bagi mayoritas orang Arab. Dalam sehari mereka akan meluangkan waktu dua kali atau tiga kali untuk secara khusus minum kopi di kedai kopi, katanya. Karena itulah, dia menjadi tertarik untuk mempelajari kopi. (Lis Hendriani)

Alex Mulya, Pakar Pemasaran: Perlu Publikasi Massif

Tujuan aktivitas komunikasi sebetulnya bukanlah "mengedukasi masyarakat", tetapi "meningkatkan penjualan." Kalau roadshow satu tim doang diputar-putar, rasanya tidak akan tercapai skala edukasi yang cukup luas. Minimum harus dilakukan sebulan sekali di semua gerai, selama minimum 12 bulan! Dengan cara ini, nilai edukasinya baru akan terasa oleh banyak peserta. Kalau cuma membuat kelas di satu gerai yang sepi, tidak ada gunanya. Harus dibuat banyak, supaya melekat pada brand-nya. Jaringan gerai Upnormal sepertinya cukup banyak. Jadi peran mereka untuk memperkenalkan coffeegourmet kepada kelas yang lebih luas (kepada konsumen Indomie) akan signifikan.

Sekali lagi, edukasi ini akan berdampak kalau dilakukan minimum sebulan sekali, di semua gerai dan selama 12 bulan. Karena sekali event paling yang hadir cuma 50 orang, nggak ada artinya tanpa publikasi yang massif. Jadi yang harus di-boost adalah publikasinya, yaitu publikasi pra-event kepada pengunjung; poster yang ditempel sebelum event dan sesudah event, berikut foto-fotonya; pemutaran kegiatan kelas kopi tersebut via videotron; dan publikasi paska event. Publikasi harus jauh lebih massif dari event-nya sendiri. Dari sisi konten edukasi, dari yang saya baca, cukup oke. Tidak perlu terlalu ribet memang.

Mereka juga harus mulai branding produk kopi nya. Kopi A, Kopi B (bukan sekadar "Cappucino") karena hal ini merupakan follow up dan reminder dari kegiatan edukasi tersebut. Di dalam kelas kan sudah diajarkan dan sudah disediakan produk untuk dicoba. Kalau tidak di-reminder dengan nama kopi, mereka pasti akan lupa.

Saya belum pernah ke Upnormal. Secara bisnis, saya tidak tahu apakah gerai coffeepackage seperti ini bisa berhasil menggarap segmen massal. Kalau kita melihat Starbucks, mereka tidak pernah membuatu event edukasi begini. Demikian juga dengan JCO yang kelasnya di bawah Starbucks, tidak pernah membuat event seperti ini karena gerai mereka selalu penuh. Lagi pula, event seperti ini tidak akan membantu mengangkat brandimage JCO setinggi Starbucks. Jadi buat JCO, event seperti ini mubazir. Nah, kalau untuk Upnormal, mungkin perlu membuat event seperti ini guna me-leveragebrand image. *

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)