KATEGORI
1. Experiential Activation
Event promosi berbasis experiential marketing. Metode pemasaran ini dikenalkan oleh Bernd H. Schmitt dalam bukunya, Experiential Marketing: How to Get Customers to Sense, Feel, Think, Act, and Relate to Your Company and Brands. Experiential activation mampu menawarkan pengalaman emosi yang menyentuh hati dan perasaan konsumen. Dengan experientialactivation, pelanggan dapat membedakan produk dan jasa satu dengan lainnya, karena mereka dapat merasakan dan memperoleh pengalaman secara langsung dengan brand.
2. Community Activation
Ini adalah aktivitas marketing berbasis Community. Jadi aktivitas ini adalah sebuah taktik yang melibatkan suatu brand atau bisnis untuk berinteraksi dengan sebuah grup (atau komunitas) yang berisikan individu yang memiliki kegemaran atau ketertarikan yang sama. Interaksi yang biasa dilakukan secara online—seperti di grup media sosial, situs blog yang tertarget, atau online message board (misalnya Whatsapp) forum—digiring ke dalam aktivitas on ground. Membentuk sinergi antara komunitas online dan offline menjadi penting bagi brand agar terus menjaga hubungan baik dengan para pelanggan sehingga bisa membuat mereka menjadi lebih loyal terhadap brand. Fokus utama dari menjalankan strategi ini adalah untuk mendengarkan apa yang sedang diinginkan dan dibutuhkan para anggota komunitas, serta membangun keterikatan (engagement) dengan khalayak sasaran yang pada satu titik tertentu bisa menghasilkan advokasi bagi brand melalui review dan testimonial para anggota komunitas.
3. Sport Activation
Brand activation ini berbentuk kegiatan olahraga. Jenis aktivitas olahraganya tidak terbatas pada olahraga profesional, bisa juga olahraga atletik di perguruan tinggi, liga kecil, atau olahraga alternatif. Dalam beberapa tahun terakhir ini aktivitas sport marketing yang marak dieksekusi brand adalah lari seperti CIMB Niaga Color Run dan Herbalife Bali Trialthon.
4. Field Activation
Brandactivation ini berbasis Field Marketing (FM), yaitu eksekusi ilmu pemasaran di tingkat outlet, dimana orang yang mempresentasikan merek akan berhadapan secara langsung dengan konsumen atau pelanggan. Di beberapa perusahaan, field marketing mencakup distribusi dan koordinasi tim penjualan. Sementara di perusahaan lainnya FM identik dengan street promotions.
Dulu merchandiser dan SPG semata-mata hanya berfungsi untuk mendukung distribusi dan penjualan produk di outlet. Sehingga penempatannya seringkali tidak mempertimbangan banyak faktor dan lebih terkesan sembarangan. Namun, saat ini orientasi FM lebih ke data mining. Jadi, para SPG tidak hanya bertugas untuk menawarkan produk, tetapi mereka juga bertugas untuk mengumpulkan consumer insight melalui wawancara para konsumen. Sedangkan para merchandiser tidak hanya bertugas untuk merapikan produk yang dipajang. Tetapi juga ikut berperan dalam mengawasi dan mengidentifikasi ketersediaan produk serta display produk milik kompetitor.
5. Digital Activation
Digital Brand Activation adalah sebuah inisiatif untuk me-leverageaudiencemicrotargetingand intent-based strategy, untuk meningkatkan brand awareness, serta mendorong atau mengarahkan kepada sales. Pada dasarnya sebuah DigitalBrandActivation sama dengan sebuah “analog” brand activation. Hanya saja, karena ini diselenggarakan di digital, maka sifatnya cepat, tidak mahal, dan sangat terukur.
ENTRIES
Seratus (100) brand activation yang diselenggarakan sepanjang 2018 dan 2019 oleh berbagai brand dari berbagai industri, dari Fast Moving Consumer Goods, Otomotif, Telekomunikasi, Retail, Properti, Farmasi, Elektronik, dan lain-lain. Partisipan dikumpulkan secara voluntary (submission), random dari hasil liputan Majalah MIX pada periode waktu entries, dari hasil riset online, dan dari pressrelease yang diterima oleh Majalah MIX dan SWA.