“Sebab, ada kemungkinan potensi saran tidak akurat. Makanya, mereka tetap harus dibimbing, dan ini tugas orang tua, keluarga, serta guru di sekolah,” tegasnya.
Hasil penelitian ini menjadi dasar pengembangan Program Zona Mendengar Jiwa yang dirancang untuk membangun support system, kesadaran, memberikan edukasi, serta menyediakan intervensi berbasis data terkait kesehatan mental remaja khususnya di institusi pendidikan.
Program ini mengintegrasikan pendekatan ilmiah dan inovasi sosial untuk menciptakan dampak nyata, terutama dalam mendukung kesehatan mental generasi muda.
Program Manager Health and Wellbeing Yayasan BUMN, Heru Komarudin, berharap agar hasil penelitian ini diturunkan menjadi sebuah rekomendasi yang dapat diterapkan oleh pihak sekolah terutama pelaksanaan skrining kesehatan mental, identifikasi masalah dan konseling berbasis sekolah, konseling sebaya serta integrasi layanan kesehatan.
“Rangkaian ini sejalan dengan upaya negara dalam membentuk generasi muda yang sehat fisik dan mental dalam menyongsong Indonesia Emas 2045," lontar Heru.
Rekomendasi lainnya adalah perlunya upaya intervensi dan promosi kesehatan mental di sekolah secara terstruktur yang melibatkan guru, teman sebaya, dan orang tua agar lingkungan sekolah menjadi ramah bagi kesehatan mental siswa.
Selain itu, ruang BK perlu di-rebranding agar tidak terkesan menstigma pelajar yang hendak melakukan konseling. ()