Perjuangannya melalui tulisan dan kepemimpinan dalam pers Indonesia membawa Adinegoro ke dalam pengawasan kolonial, namun kecerdasan dan keberaniannya membantu dia untuk terus menyampaikan pesan-pesannya.
Sebagai pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa, nama Adinegoro diabadikan dalam Anugerah Jurnalistik Adinegoro, yang diberikan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sebagai penghargaan tertinggi bagi wartawan yang menunjukkan dedikasi, keberanian, dan kualitas jurnalistik tinggi.
Anugerah ini telah menjadi simbol prestasi tertinggi dalam jurnalisme Indonesia, mendorong wartawan untuk terus berinovasi dan berkolaborasi dalam menjalankan tugas investigasi mereka.
Setiap tahun, para jurnalis berkompetisi untuk memenangkan Anugerah Jurnalistik Adinegoro, yang mencakup kategori seperti karya jurnalistik media cetak, online, video, audio, dan foto, serta dua penghargaan khusus untuk pers kampus dan sosial media.
Kehidupan dan karir Adinegoro mengilhami generasi jurnalis untuk melihat profesi mereka bukan hanya sebagai pekerjaan tetapi sebagai panggilan untuk berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan bangsa. Karya dan warisannya terus mengajarkan pentingnya keberanian, integritas, dan keadilan dalam jurnalisme.
Melalui segala rintangan dan tantangan, Adinegoro tidak pernah kehilangan fokusnya untuk menggunakan jurnalisme sebagai alat perubahan sosial dan politik. Kisahnya adalah pengingat yang kuat bahwa pena bisa sekuat, jika tidak lebih kuat dari pedang, dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
REFERENSI:
Adinegoro. (1930). _Kembali dari Perlawatan ke Europa_. Medan-Deli: NV Handel MIJ & Drukkerij Sjarikat Tapanoeli.
Korrie Layun Rampan. (2000). _Leksikon Susastra Indonesia_. Jakarta: Balai Pustaka.
Pringgodigdo, A. K. (2008). _Ensiklopedia Tokoh Indonesia_. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan Indonesia.
