China tercatat sebagai negara yang massif merangsek pasar mancanegara, termasuk Indonesia. Salah satunya, melalui produk obat dan kesehatan. Pada tahun 2017 misalnya, ekspor obat-obatan dan alat kesehatan dari China ke negara ASEAN mencapai angka US$ 5.681 juta. Adapun, ekspor ke Indonesia mencapai US$ 992 juta.
Keseriusan China menggarap pasar Indonesia kembali ditunjukkan dengan penyelenggaraan pameran “China Healthcare Products Expo 2018” (CHEXPO ASEAN) yang digelar selama tiga hari. 28-30 November 2018, di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta. Pameran CHEXPO ASEAN 2018 menampilkan produk perawatan kesehatan dan obat tradisional, produk medis, perawatan rumah dan layanan medis yang mencakup konsultan manajemen kesehatan, akupuntur dan pijat, e-commerce, serta sertifikasi layanan kesehatan.
Selain booth pameran, CHEXPO ASEAN 2018 juga menghadirkan kegiatan seperti forum pertemuan bisnis (B2B Meeting) antara pelaku industri kesehatan dan produk obat herbal tradisional terkemuka dengan buyers dari kalangan importir dan distributor. B2B Meeting tersebut untuk menumbuhkan pemahaman tentang teknologi medis terbaru serta update terkini mengenai obat-obatan dan terapi herbal tradisional sekaligus topik paling hangat yang sedang terjadi di lingkup industri kesehatan.
Diungkapkan Wang Liping, Minister Counsellor bidang Ekonomi dan Perdagangan Kedutaan Besar Tiongkok untuk Indonesia, pameran CHEXPO ASEAN 2018 dalam rangka mempromosikan dan mendorong kerja sama Indonesia dan Tiongkok. “Pameran perdana CHEXPO ASEAN menjadi platform untuk menampilkan produk dan layanan di sektor medis dan kesehatan dengan teknologi terbaru yang bertujuan untuk Indonesia menjadi penghubung kolaborasi industri kesehatan di antara negara China dan ASEAN,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menerangkan bahwa CHEXPO ASEAN 2018 didukung penuh oleh pemerintah China melalui Kementerian Perdagangan China serta Kamar Dagang China untuk Impor dan Ekspor Obat-Obatan dan Produk Kesehatan (CCCMHPIE)--sebagai sebuah asosiasi industri perawatan kesehatan internasional di Tiongkok yang berkomitmen untuk mempromosikan kerja sama di sektor perawatan kesehatan global.
Memiliki 2500 anggota, CCCMHPIE menghadirkan para pelaku industri terkemuka, termasuk dari kalangan manufaktur serta segmen riset dan pengembangan rantai industri kesehatan yang senantiasa terhubung dengan pemerintah serta industri dari lingkup pasar Tiongkok dan luar negeri.
Sejatinya, pameran tersebut dapat membuka kesempatan bagi perusahaan dari negara ASEAN untuk mendapatkan informasi tentang produk kesehatan dan obat herbal tradisional unggulan dari perusahaan China terkemuka. “Kami berharap CHEXPO ASEAN menjadi platform dialog mengenai kebijakan untuk meminimalisir hambatan terhadap akses ke pasar industri kesehatan dan membuka kerja sama bisnis dalam lingkup investasi dan transfer teknologi,” harap Wang Liping.
Sementara itu, menurut Djauhari Oratmangun, Duta Besar Republik Indonesia untuk China, yang pertengahan November lalu ditemui MIX pada saat kunjungan media-media Indonesia ke Beijing, Tiongkok merupakan salah pasar yang potensial bagi Indonesia.
Oleh karena itu, saat dilantik menjadi Dubes, ia siap menjalankan sejumlah tugas yang dititipkan Presiden Joko Widodo kepadanya. Pertama adalah meningkatkan ekspor ke China. “China menjadi penting, karena eskpor terbesar Indonesia saat ini adalah ke China,” katanya.
Kedua, menarik investor dari China. Sebab, investasi ketiga terbesar ke Indonesia adalah China. Peringkat pertama masih dari Singapura dan HongKong. “Akan tetapi, kalau China digabungkan dengan HongKong, maka China menempati peringkat kedua untuk negara yang melakukan investasi tertinggi di Indonesia,” ucapnya.
Ketiga, tourism economy berkontribusi pada GDP Indonesia sebesar 9%. Dan, turis China termasuk salah satu yang tertinggi di pariwisata Indonesia. Tahun 2018 ini misalnya, turis China mencapai 2,7 juta wisatawan.
Keempat, mendorong digital economy, antara lain melalui e-Commerce. Dan, e-Commerce di China tercatat yang sangat kuat di global, seperti Alibaba dan JD.com. “Oleh karena itu, Indonesia dapat memanfaatkan platform digital untuk masuk ke pasar China. Terlebih, China dengan penduduk 1,3 miliar jiwa, tentu saja membutuhkan banyak produk non-China,” tutup Djauhari.