MIX.co.id - Saat ini, hipertensi masih menjadi salah satu penyebab kematian nomor satu di dunia. Di masa pandemi, angka kematian tertinggi berasal dari pasien dengan komorbid hipertensi. Salah satu cara untuk mencegah hipertensi adalah dengan mengurangi konsumsi garam dan menggantikannya dengan glutamat atau lebih dikenal dengan MSG (Monosodium Glutamat).
Dituturkan Dokter Spesialis Gizi Klinik Yohan Samudra, jumlah maksimum garam yang boleh dikonsumsi, yaitu satu sendok teh sehari atau sekitar 2.000-2.300 mg natrium. Glutamat bisa menggantikan peran garam dalam makanan. Makanan yang sehat menjadi awal dari keluarga sehat dan bahagia.
“Glutamat itu ada di MSG. 1 gram MSG itu mengandung 133 mg natrium sedangkan garam mengandung 400 mg natrium. Karena itu, jauh lebih baik menggunakan MSG dibandingkan garam dan bisa mencegah penyakit hipertensi,” ucap Yohan di webinar 'Ibu Sehat dan Bahagia Kunci Keluarga Sejahtera' yang diselenggarakan Katadata dan Ajinomoto pada Juni ini.
Lebih jauh ia menegaskan, sudah banyak penelitian yang dilakukan terkait keamanan konsumsi MSG. Semua stigma buruk terkait MSG sudah dibantah dengan penelitian. "Di Eropa dan Amerika serta di Indonesia melalui Kemenkes dan juga Badan POM sudah menyatakan penggunaan MSG aman dan tidak ada efek samping. Jadi, gunakan MSG secukupnya sesuai resep dan anak di atas 1 tahun juga sudah boleh mengonsumsi MSG sebagai variasi makanan,” jelas Yohan.
Dia mengungkapkan bahaya lain dari konsumsi garam yang berlebihan selain hipertensi adalah serangan jantung hingga stroke. Karena, jumlah garam yang berlebihan akan membuat pembuluh darah kaku sehingga aliran darah susah untuk lewat dan berpotensi membuat pembuluh darah pecah.
Dalam jangka panjang, kata Yohan, risiko penyakit dari konsumsi garam yang berlebihan adalah gagal ginjal akut. Untuk itu, ia meminta konsumen untuk hati-hati dalam mengonsumsi makanan dengan kandungan garam tersembunyi.
Psikolog Klinis Nia Paramita mengungkapkan, kaum perempuan lebih sering mengalami depresi dibandingkan laki-laki. Stres menjadi salah satu penyebab terjadinya depresi. Menurut dia, makanan bisa membantu mengurangi stres yang dialami ibu. Contohnya, apabila sudah terdiagnosis sakit lambung, jangan mengonsumsi makanan yang kecut dan pedas. Apabila mempunyai penyakit hipertensi, maka jangan goda tubuh dengan konsumsi garam.
“Para ibu harus self love dan juga self care, karena seorang ibu itu kan tidur paling akhir dan bangun paling awal dibandingkan anggota keluarga lain. Kalau hidup ibu bahagia, maka ayah akan senang dan anak akan merasa berharga, tapi kalau ibu tidak, bagaimana dia bisa meneruskan kebahagian itu ke suami dan anak,” pungkas Nia.
Sementara itu, ditambahkan Grant Senjaya, Head of Public Relations Department PT Ajinomoto Indonesia, kegiatan yang dilakukan bersama Katadata ini dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat luas mengenai pentingnya diet garam.
“Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari kampanye Bijak Garam Ajinomoto. Melalui kampanye Bijak Garam yang sedang kami giatkan ini, Ajinomoto ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam dan mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan atau penggunaan garam dalam mengolah makanan, namun tetap bisa memperoleh cita rasa yang tinggi," urainya.
Kampanye Bijak Garam juga merupakan bukti komitmen Ajinomoto sebagai Health Provider untuk terus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, dengan meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan keluarga Indonesia melalui produk dan layanan yang berkualitas tinggi.
"Saat ini, Grup Ajinomoto Indonesia sedang meningkatkan literasi dan pengetahuan seluruh karyawannya untuk dijadikan sebagai Health Provider. Beberapa inisiatif dilakukan oleh Health Provider Ajinomoto sebagai wujud kepedulian terhadap peningkatan kualitas hidup sehat masyarakat dan kelestarian bumi Indonesia," pungkasnya.