Sebagai salah satu warisan budaya bangsa, produk arsip nasional bersejarah tak hanya cukup dilestarikan. Ribuan arsip nasional yang terekam dalam bentuk naskah, foto, maupun video, sejatinya harus diperkenalkan secara luas kepada publik.
Sebagai upaya menciptakan awareness arsip bersejaran, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) giat menggelar upaya branding, salah satunya dengan men-digital-kan arsip-arsip tersebut sehingga bisa diakses lewat situs www.sejarahnusantara.com.
Oleh karena itu, belakangan ini Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) tampak giat menggelar upaya branding sekaligus edukasi. Obyektifnya, tentu saja demi membangun awareness beragam arsip yang dimiliki Indonesia. Termasuk, mengedukasi sekaligus mendekatkan arsip bersejarah tersebut kepada publik di Tanah Air maupun masyarakat internasional.
Salah satu upaya branding yang sedang dilakukan ANRI adalah mengemas arsip-arsip bersejarah tersebut dalam format digital atau digitalisasi. Dijelaskan Mustari Irawan, Deputy Bidang Konservasi Arsip ANRI, "Arsip yang sudah kami lakukan digitalisasi adalah arsip tentang VOC. Dengan demikian, publik dapat dengan mudah mengakses sekaligus mengenal lebih dekat tentang arsip VOC di situs www.sejarahnusantara.com. Bahkan, publik juga dapat mengakses informasi seputar ANRI di www.anri.go.id."
Program edukasi lainnya yang telah digelar ANRI sejak 2010 lalu adalah "Mobil Layanan Masyarakat Sadar Arsip". Lewat program tersebut, ANRI menggelar kegiatan roadshow dengan mobil keliling untuk mengunjungi sekolah-sekolah, kampus-kampus, dan tempat umum lainnya. Di sana, audience diajak mengenali ANRI bersama produk arsip bersejarahnya, serta pemutaran film dokumenter yang bersumber pada khazanah arsip ANRI. Bahkan, ANRI juga melakukan edukasi lewat program talkshow di TV nasional.
Paling anyar, pada akhir November tahun ini (26/11), ANRI menggelar program talkshow bertajuk "Indonesia Usung Arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non Blok (GNB) sebagai Memory of The World". Melalui program tersebut, ANRI mengundang media massa di Tanah Air untuk dapat terlibat mensosialisasikan kampanye Arsip KAA dan GNB sebagai Memory of The World.
Dipilihnya topik tersebut, karena ANRI ingin mem-branding arsip-arsip Nasional di kancah nasional maupun internasional. Salah satunya, dengan mengusung dua arsip bersejarah yang merupakan warisan budaya bangsa, KAA dan GNB, sebagai Memory of the World--pengakuan yang diberikan UNESCO. "Dengan menjadi Memory of The World, maka arsip KAA dan GNB berpeluang untuk diakses sekaligus dikenal luas oleh publik di Tanah Air maupun masyarakat internasional," ujar Anggota Komite dan Dewan Pakar Memory of The World Dr. Mukhlis Paeni.
Sebelumnya, sejumlah arsip bersejarah Indonesia sudah mendapatkan pengakuan Memory of The World. Di antaranya, arsip "Babad Diponegoro" dan arsip "Negara Kertagama". Dengan mendapat pengakuan dari Memory of The World, maka arsip-arsip tersebut dapat dengan mudah diakses di situs resmi UNESCO.
"Memasuki era digital seperti sekarang, sudah seharusnya publik bisa mengakses arsip bersejarah secara digital. Artinya, ANRI pun harus menggunakan media yang termodern seperti digital untuk mensosialisasikan arsip-arsip bersejarahnya. Dengan demikian, arsip bersejarah Indonesia dapat dikenal luas oleh pasar internasional," ungkap Mukhlis.
Saat ini, ditambahkan Mustari, ANRI berencana melakukan digitalisasi naskah arsip KAA dan GNB, serta naskah lainnya secara bertahap. Selain itu, ANRI juga sedang mem-video-kan berbagai arsip bersejarah sebagai media pembelajaran karakter bangsa di sekolah-sekolah. "Saat ini, baru 30 persen naskah-naskah arsip ANRI didigitalisasi. Ke depan, kami akan bekerja sama dengan berbagai negara dan NGO untuk proses digitalisasi arsip lainnya. Lima tahun ke depan kami harapkan semua arsip ANRI bisa selesai didigitalisasi," patok Mustari.