Bangga pada Diri Sendiri

 

“I’ve seen you silent at meetings. I’ve seen you eating lunch alone. And I’ve even seen your louder, less talented colleagues promoted over you. Yet I know you have something to say. What stops you from saying what you want to say, especially when it’s about you? Perhaps you don’t want to brag or draw too much attention to yourself.”

Paragraf itu terdapat di halaman pertama dari buku Self-Promotion for Introverts. Bila dicermati, ada beberapa point yang menjelaskan karakter seorang introvet. Pendiam, penyendiri, bersuara keras, tidak suka (atau malu) menonjolkan diri. Ujung-ujungnya karirnya kalah dibandingkan dengan rekan-rekannya yang punya karakter sebaliknya. “Itulah karakter orang introvert,” kata Nancy Ancowitz, penulisnya.

Ancowitz nampaknya tak mau dengan sengaja larut dalam penjelasan tentang gejala dari karakter introvert. Ancowitz menulis buku ini juga bukan untuk menunjukkan kelemahan karakter introvert. Dia ingin menunjukkan bahwa bila Anda memiliki karakter seperti itu, bukan berarti karir Anda kiamat.

Tak ada yang lebih baik apakah introvert atau ekstrovert. Sebab meski memiliki kelemahan, karakter ini juga memiliki kelebihan. Buktinya, tokoh-tokoh sukses seperti Bill Gates, Warren Buffett, Charles Schwab, Steven Spielberg, dan CEO Sara Lee Corporation Brenda Barnes adalah orang-orang yang memiliki karakter introvert.

Menurut Ancowitz, orang penyendiri bukan berarti dia tidak ingin bergaul atau tidak memiliki jiwa sosial. Dia lalu menunjukkan bukti. Dalam sebuah wawancara dengan Oprah Winfrey, komedian Jerry Seinfeld mengakui bahwa dia memiliki pribadi introvert. Namun dia menambahkan hal penting tentang karakternya. "Saya mencintai orang-orang, tapi saya tidak bisa berbicara dengan mereka. Di atas panggung, baru saya bisa."

Ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan oleh Ancowitz, kenapa Seinfeld bisa berbicara saat di atas panggung. Padahal, "Introvert mendapatkan lebih banyak stimulasi mereka secara internal, sedangkan ekstrovert mencari sumber-sumber di luar," kata Debra L. Johnson, Ph.D., seorang psikolog fisiologis dan peneliti utama di Universitas Iowa. Dedra telah melakukan studi terhadap aktivitas otak berkaitan dengan introvert dan extroversion. Logikanya, karena ditonton banyak orang (faktor eksternal), kata Ancowitz, dia jadi berani berbicara.

Namun Ancowits memang bukan psikolog. Dia seorang pelatih komunikasi bisnis khususnya dalam pengembangan karir dan keahlian dalam presentasi. Karena itu, ketika membahas tentang karakter introvert, Ancowitz mengambil rujukan dari para pakar, terutama psikologi. Dalam hal perbedaan biologi misalnya, seperi di paragraf sebelumnya, Ancowitz mengutip pendapat Johnson.

Menurut Johnson, introversi berkaitan dengan aktivitas di daerah otak yang bertanggung jawab untuk belajar, memori, perencanaan, dan produksi bahasa. Sementara itu, ekstroversi berkaitan dengan pemrosesan sensorik.

Ekstrovert mungkin didorong untuk mencari rangsangan sensorik dari orang atau situasi lain karena mereka tidak dapat menyediakan tingkat stimulasi internal secara optimal. Hipotesis ini mendukung gagasan bahwa introvert cenderung lebih berfokus pada internal dan ekstrovert cenderung lebih dikendalikan oleh lingkungan eksternal. "

Melalui buku ini, Ancowitz berbagi pengalaman dan membantu orang sebanyak mungkin - terutama introvert - untuk mempromosikan diri mereka lebih mendalam. Dalam menyusun buku ini, Ancowitz melakukan serangkaian wawancara dengan banyak orang introvert ternama termasuk Cathie Black (Hearst Majalah); Warren Buffett, Bill Presiden Clinton; guru pemasaran Seth Godin; Earvin "Magic" Johnson; Katharine Myers (Myers-Briggs Trust); Craig Newmark (pendiri dari craigslist), Leonard Nimoy, dan Chita Rivera.

Pages: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)