Ramadhan tahun ini, Nielsen mencatat pertumbuhan penonton TV sebesar 14% jika dibandingkan dengan periode normal. Demikian Studi terbaru dari Nielsen, Special Ramadan Survey, yang dilakukan di 11 kota besar di Indonesia, pada periode 14 - 21 April 2021.
Pertumbuhan ini disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain kenaikan jumlah pemirsa di jam Sahur (02: 00 - 05: 59), buka puasa, dan juga setelah Shalat Tarawih. Penyebab kenaikan pemirsa televisi adalah juga karena kenaikan jumlah penonton dari kelas sosial Middle dan Lower, masing-masing sebesar 14% dan 17%.
“Konsumen tetap haus akan informasi dan hiburan, sebagai pengisi waktu mereka, dimana kebanyakan masih beraktivitas di rumah. Khususnya untuk TV, kami mencatat kelas Middle - Lower mengkonsumsi TV lebih banyak dibandingkan kelas Upper. Ini kemungkinan disebabkan kelas Upper memiliki akses yang lebih banyak ke sumber informasi dan hiburan lain,” jelas Cerli Wirsal, Direktur Nielsen Media.
Sejalan dengan kenaikan jumlah pemirsa TV, menurutnya, angka belanja iklan TV juga menunjukkan pola yang meningkat. Belanja iklan TV naik sebesar 14% dibandingkan satu minggu sebelum bulan Ramadhan. Bahkan, angka belanja iklan di minggu pertama Ramadhan tahun ini dapat mencapai lebih dari Rp 4,4 triliun. Sementara, pada pekan pertama Ramadhan tahun 2020 lalu, belanja iklan hanya mencapai Rp 1,889 tirliun.
“Pemilik merek, terutama dari kategori Online Service, sangat menggunakan momen ini, dimana mereka menaikkan belanja iklannya hampir lebih dari dua kali lipat,” jelasnya.
Sejumlah temuan menarik dijumpai pada studi ini. Pertama, berbelanja secara online naik secara signifikan dan menjadi cara paling besar yang dilakukan oleh konsumen untuk membeli kebutuhan sehari-hari, selama masa Ramadhan. Mereka tetap melakukan belanja di toko (secara offline), namun mereka lebih memilih toko modern dibandingkan yang tradisional.
Kedua, walau pemerintah sudah mengeluarkan larangan mudik di awal April, sekitar 30% dari responden tetap menjawab akan melakukan perjalanan liburan. Sedangkan 59% menyatakan mereka tidak akan melakukan perjalanan mudik. “Dibandingkan tahun lalu, jumlah orang yang menyatakan akan melakukan perjalanan mudik semakin besar. Sepertinya banyak konsumen yang mempercepat perjalanan mudiknya, karena kebanyakan aktivitas juga masih dilakukan secara online,” terang Cerli Wirsal.
Ketiga, ramadhan tahun ini, konsumen memprioritaskan dana mereka untuk membeli makanan, minuman, bahkan memberi sedekah.