Contohnya, beberapa kampanye pemasaran yang gagal justru memberikan wawasan yang berharga tentang perilaku konsumen dan dinamika pasar yang tidak mudah diprediksi. Brown (2023), misalnya, mengungkapkan bagaimana narasi kegagalan dapat menciptakan ruang untuk refleksi lebih dalam mengenai jenis kesalahan yang dapat diterima atau tidak dapat ditoleransi dalam konteks profesional.
Dalam dunia bisnis, tokoh seperti Elon Musk mencontohkan bagaimana kegagalan dapat dibingkai secara berbeda bergantung pada posisi dan status sosial. Seperti yang dicatat oleh Preece et al. (2023), kegagalan Musk dalam mengelola Twitter, misalnya, sering kali dianggap sebagai bagian dari rencana besar atau sebagai refleksi dari eksentrisitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa kegagalan dapat diterima bahkan dirayakan, khususnya oleh mereka yang memiliki keistimewaan sosial-ekonomi, karena mereka berada dalam posisi yang memungkinkan untuk mengambil risiko tanpa banyak konsekuensi negatif.
Lebih jauh, literatur menunjukkan bahwa tidak semua orang memiliki kebebasan yang sama untuk gagal. Dalam konteks akademik, misalnya, peneliti pemula atau mereka yang berasal dari latar belakang non-Barat sering kali menghadapi tekanan untuk tidak gagal, karena kegagalan dapat berpotensi menghalangi kemajuan karier mereka di lingkungan akademik yang kompetitif dan neoliberal (Khanijou & Zakariah, 2023).
Perayaan kegagalan juga mencerminkan adanya ketimpangan struktural, di mana hanya kelompok tertentu yang dapat mengalami kegagalan tanpa harus takut akan dampak besar terhadap status atau posisi mereka.
Merayakan kegagalan bisa mendorong kreativitas dan inovasi di tengah tekanan akademik yang berorientasi pada keberhasilan instan. Melalui perspektif ini, kegagalan dipandang sebagai elemen esensial dalam setiap perjalanan epistemologis, yang mengakui keterbatasan manusia dalam upaya mengejar pengetahuan (Clark & Sousa, 2020).
Dalam dunia yang semakin kompetitif, perayaan kegagalan mengajak kita untuk melihat kegagalan bukan sebagai akhir dari usaha, melainkan sebagai langkah awal menuju penemuan dan penciptaan yang lebih bermakna.
Daftar Pustaka
- Brown, S. (2023). Fee fi fo fail: Fairy stories for future failures. Journal of Marketing Management, 1–12. https://doi.org/10.1080/0267257X.2023.2217840
- Clark, A. M., & Sousa, B. J. (2020). A manifesto for better research failure. International Journal of Qualitative Methods, 19, 1–3. https://doi.org/10.1177/1609406920973858
- Khanijou, R., & Zakariah, A. (2023). Avoiding failure in academia: Strategies from non-western early career researchers in the UK. Journal of Marketing Management, 1–25. https://doi.org/10.1080/0267257X.2023.2208597
- Malpas, J., & Wickham, G. (1995). Governance and failure: On the limits of sociology. The Australian and New Zealand Journal of Sociology, 31(3), 37–50. https://doi.org/10.1177/144078339503100304
- Preece, C., Cappellini, B., & Larsen, G. (2023). Celebrating failure: a path towards opening up disciplinary debate. Journal of Marketing Management, 39(9-10), 735–743. https://doi.org/10.1080/0267257X.2023.2243959
