Di tengah beratnya tantangan di masa pandemi, tak sedikit UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) harus menghadapi pahitnya “gulung tikar”. Namun, tak sedikit pula UMKM yang mampu bertahan di masa sulit ini. Salah satunya, pelaku bisnis UMKM, M. Benhardi, yang memiliki usaha minuman dengan merek Jenisa (Jeruk Nipis Asli).
Didirikan sejak 14 tahun lalu, kini bisnis minuman milik Benhardi berkembang dan diterima positif oleh pasar. Tak hanya di Kuningan, yang notabene menjadi tempat bisnis awalnya, merek Jenisa pun mendapat sambutan postif di pasar Indonesia dan mancanegara sebagai produk oleh-oleh dari Cirebon. Selain itu, rata-rata omset per bulannya mencapai Rp 285 juta.
Sukses Benhardi tentu saja tak lepas dari pembiayaan yang diperolehnya dari mitra bank untuk mengembangkan bisnisnya. Sejak April 2018, bisnis Benhardi mendapatkan pembiayaan dari Bank Mandiri Syariah (BSM). “Pembiayaan dari BSM dimanfaatkan untuk modal kerja berupa pembelian peralatan botol dan kardus kemasan,” ceritanya.
Diakui Benhardi, di saat pandemi, bisnisnya juga menghadapi tantangan berat di masa pandemi. Penurunan omset di masa pandemi juga dirasakan Benhardi. Kendati selama pandemi Covid-19 bisnisnya mengalami penurunan 30-40%, namun bisnis Benhardi masih bisa bertahan. Bahkan, angsuran ke bank BSM tetap berjalan lancar.
Lantas, apa yang dilakukan Benhardi untuk tetap bertahan di masa pandemi? Benhardi memutuskan untuk memperluas usaha dengan membuka usaha baru, kedai kopi. Target market yang disasar dari bisnis barunya ini adalah masyarakat lokal. Target ini tentu saja berbeda dengan Jenisa yang mayoritas pelanggannya adalah para wisatawan.
Sementara itu, untuk Jenisa, Benhardi juga sudah bekerja sama dengan para agen dan toko oleh-oleh yang relatif besar, sehingga cukup dikenal oleh masyarakat luas.